Fenomena roti pasca-peristiwa 212 menjadi berita viral. Ternyata roti bisa memiliki dampak yang
di luar dugaan. Hal ini menginpirasi penulis untuk menggoreskannya dalam
bait-bait puisi yang bertajuk "...Dan Roti pun Kuyup Mandi Hujatan".
Silakan menikmati!
… Dan Roti pun Kuyup Mandi Hujatan
Oleh Budianto Sutrisno
Di negeri pulau kelapa
mbak elvi berlenggok seronok dan
bergoyang penuh sensasi
mendendangkan tembang Mandi Madu
penuh nada merdu nan merayu
tapi di negeri misteri
mbak sari yang polos dan ayu
kuyup menggigil dengan wajah memelas
sayu
diguyur caci maki sampai tuli
dicekoki gemuruh lagu Mandi
Hujatan
yang digelorakan ribuan orang
yang semula lidahnya menari
karena sajian sedap-lezat roti
olahan mbak sari
tapi kini lidah dan mulut yang sama
fasih melempar sumpah serapah dan
hujatan
mbak sari mencoba senyum berseri,
meski hatinya ngeri
heran sungguh heran…
dari sumber air yang sama
bisa mengalir air bening segar
sekaligus juga air comberan
Negeri misteri memang menyimpan
berjuta rahasia
hari ini dibilang baik, besok
dibilang buruk
esok lusa jadi busuk
kalau hati senang, mbak sari dielus
sayang
kalau hati berang, mbak sari keras ditendang
kemarin halal, hari ini bisa haram
batasnya setipis kulit bawang
habis bosan menista pemimpin
kini tiba giliran roti dihujat sepuas
hati
gara-gara mbak sari nyatakan
kalau rotinya itu dijual resmi
boleh dikunyah di bawah terik panas
asal dibayar lunas
bukan dibagikan cuma-cuma
kepada siapa saja yang lapar di jalanan
karena mbak sari itu hanyalah penjaja
bukan dinas sosial atau sosialita berhati
mulia
tapi apa lacur
berita konsumsi gratis sudah telanjur
digembar-gemborkan sebagai rakhmat Sang Maha Pemberi
’gar aksi tampak sebagai perjuangan suci
ternyata ada donatur di balik aksi
karena klarifikasi mbak sari beda dengan skenario
yang beda harus dianggap seteru
meski kebenaran yang diungkapkan
sekali seteru, tetap seteru
karena hati tak pernah kenal damai
apalagi maaf dan pengampunan
tapi apa lacur
berita konsumsi gratis sudah telanjur
digembar-gemborkan sebagai rakhmat Sang Maha Pemberi
’gar aksi tampak sebagai perjuangan suci
ternyata ada donatur di balik aksi
karena klarifikasi mbak sari beda dengan skenario
yang beda harus dianggap seteru
meski kebenaran yang diungkapkan
sekali seteru, tetap seteru
karena hati tak pernah kenal damai
apalagi maaf dan pengampunan
Kebodohan, iri, dan dengki
adalah sumber segala misteri ngeri
dalam sekejap hati meradang, tanpa
berpikir lempang
serang dulu, urusan belakangan
serbu dulu, pikir panjang tak perlu
Kalau hawa nafsu terus merajai hati
bukan tak mungkin suatu hari nanti
mandi hujatan pun bakal melanda
kawanan kuda, badak, dan sapi
salah atau benar itu soal nanti
yang penting, nafsu liar bebas dan
lepas kendali
karena mereka pikir
masih hidup seribu tahun lagi
***
No comments:
Post a Comment