Thursday, February 6, 2014

Puisi Apresiasi untuk Jokowi-Ahok



Dipersembahkan untuk Pak Jokowi dan Ahok
Di tengah suasana banjir di Jakarta dan hiruk pikuk suara yang sifatnya "memojokkan" duet Jokowi-Ahok – yang dituding gagal mengatasi banjir – saya justru menaruh rasa hormat dan bangga kepada kedua pemimpin ini yang jelas-jelas memberikan suri teladan yang baik dalam bekerja secara jujur dan sungguh-sungguh. Pemimpin berintegritas seperti mereka ini langka dijumpai di Indonesia pada masa sekarang.
Rasa hormat dan bangga ini saya ungkapkan melalui sejurai puisi yang kiranya bisa memicu dan mendorong semangat kerja kita semua untuk mencapai kemajuan Indonesia.


Ode untuk Dua Pendekar
Oleh Budianto Sutrisno

Setiap zaman merajut benang rindu dan damba
hadirnya sosok panutan
yang membawa pembaharuan
membentangkan kejujuran dan etos kerja penuh gelora
menjadi teladan suri kehidupan sejati
di tengah sekap gelap yang menyesakkan dada

Kaum jelata rindu mencerna makna hidup hakiki
setelah sekian lama terpaksa mengunyah nyanyian dusta
dalam desis nada janji lidah ular para penguasa
kaum akar rumput sudah muak
dengan benalu dan duri kemunafikan
yang berbalut kesalehan ragawi
menggelar topeng sandiwara, menorehkan luka jiwa
lewat lakon yang memberhalakan
harta, takhta, dan syahwat berahi tanpa kendali

Akan tetapi, tiba-tiba saja…
muncul kesatria perkasa memimpin ibu kota
bukan satu, tetapi sekaligus dua
jokowi dan ahok
duet pendekar yang memadukan
ketenangan arjuna dan keperkasaan bima

Setiap gebrakan mereka
bak jurus sakti sepasang pendekar yang menggetarkan
bukan dengan tikaman pedang atau sabetan golok tajam
yang menumpahkan darah
melainkan dengan kebijakan dan tindakan tegas
yang memberikan manfaat
pendekar yang satu gesit blusak-blusuk
’tuk memahami kebutuhan rakyat
yang lain bernyali naga, bersuara singa
menghadapi preman dan kelompok mafia
pertaruhkan nyawa demi perbaikan jakarta

Sepak terjang dua pendekar
telah mengentak dan menyentak kesadaran
membesarkan hati dan membanggakan warga
sekaligus menciutkan nyali para durjana kota

Sukses mereka mengundang puji dan caci
dipuji karena prestasi pembenahan waduk, pembersihan kali
serta penertiban kawasan rawan, kumuh, dan berbau anyir
dicaci karena jakarta masih macet dan banjir
disanjung karena percontohan kampung
dikecam karena tudingan pelanggaran ham

Mulut yang memuji
tahu mana palsu, mana sejati
mulut yang mencaci
matanya buta, telinganya tuli
nuraninya beku mati

Wahai… dua pendekar
Sang Mahaadikodrati tak ’kan tinggal diam
Dia menguatkan dan meneguhkan hatimu
kar’na kau berdua jalankan kebenaran
selaras dengan sumpah jabatan

Seribu anjing buduk boleh menggonggong
selaksa serigala gila boleh melolong
tapi langkah dua pendekar
tetap tegap, terus maju dan melaju
mewujudkan jakarta baru dan indonesia baru

***

No comments:

Post a Comment