Dipersembahkan
untuk Pak Jokowi dan Ahok
Di tengah suasana banjir di Jakarta dan hiruk pikuk suara yang sifatnya "memojokkan" duet Jokowi-Ahok – yang dituding gagal mengatasi banjir – saya justru menaruh rasa hormat dan bangga kepada kedua pemimpin ini yang jelas-jelas memberikan suri teladan yang baik dalam bekerja secara jujur dan sungguh-sungguh. Pemimpin berintegritas seperti mereka ini langka dijumpai di Indonesia pada masa sekarang.
Rasa hormat dan bangga ini saya ungkapkan melalui sejurai puisi yang kiranya bisa memicu dan mendorong semangat kerja kita semua untuk mencapai kemajuan Indonesia.
Di tengah suasana banjir di Jakarta dan hiruk pikuk suara yang sifatnya "memojokkan" duet Jokowi-Ahok – yang dituding gagal mengatasi banjir – saya justru menaruh rasa hormat dan bangga kepada kedua pemimpin ini yang jelas-jelas memberikan suri teladan yang baik dalam bekerja secara jujur dan sungguh-sungguh. Pemimpin berintegritas seperti mereka ini langka dijumpai di Indonesia pada masa sekarang.
Rasa hormat dan bangga ini saya ungkapkan melalui sejurai puisi yang kiranya bisa memicu dan mendorong semangat kerja kita semua untuk mencapai kemajuan Indonesia.
Ode
untuk Dua Pendekar
Oleh Budianto Sutrisno
Setiap zaman merajut benang rindu
dan damba
hadirnya sosok panutan
yang membawa pembaharuan
membentangkan kejujuran dan etos
kerja penuh gelora
menjadi teladan suri kehidupan
sejati
di tengah sekap gelap yang
menyesakkan dada
Kaum jelata rindu mencerna makna
hidup hakiki
setelah sekian lama terpaksa
mengunyah nyanyian dusta
dalam desis nada janji lidah ular
para penguasa
kaum akar rumput sudah muak
dengan benalu dan duri kemunafikan
yang berbalut kesalehan ragawi
menggelar topeng sandiwara, menorehkan
luka jiwa
lewat lakon yang memberhalakan
harta, takhta, dan syahwat berahi
tanpa kendali
Akan tetapi, tiba-tiba saja…
muncul kesatria perkasa memimpin
ibu kota
bukan satu, tetapi sekaligus dua
jokowi dan ahok
duet pendekar yang memadukan
ketenangan arjuna dan keperkasaan
bima
Setiap gebrakan mereka
bak jurus sakti sepasang pendekar
yang menggetarkan
bukan dengan tikaman pedang atau sabetan
golok tajam
yang menumpahkan darah
melainkan dengan kebijakan dan
tindakan tegas
yang memberikan manfaat
pendekar yang satu gesit blusak-blusuk
’tuk memahami kebutuhan rakyat
yang lain bernyali naga, bersuara
singa
menghadapi preman dan kelompok
mafia
pertaruhkan nyawa demi perbaikan jakarta
Sepak terjang dua pendekar
telah mengentak dan menyentak
kesadaran
membesarkan hati dan membanggakan
warga
sekaligus menciutkan nyali para
durjana kota
Sukses mereka mengundang puji dan
caci
dipuji karena prestasi pembenahan waduk,
pembersihan kali
serta penertiban kawasan rawan, kumuh,
dan berbau anyir
dicaci karena jakarta masih macet
dan banjir
disanjung karena percontohan
kampung
dikecam karena tudingan pelanggaran
ham
Mulut yang memuji
tahu mana palsu, mana sejati
mulut yang mencaci
matanya buta, telinganya tuli
nuraninya beku mati
Wahai… dua pendekar
Sang Mahaadikodrati tak ’kan
tinggal diam
Dia menguatkan dan meneguhkan
hatimu
kar’na kau berdua jalankan
kebenaran
selaras dengan sumpah jabatan
Seribu anjing buduk boleh
menggonggong
selaksa serigala gila boleh
melolong
tapi langkah dua pendekar
tetap tegap, terus maju dan melaju
mewujudkan jakarta baru dan indonesia
baru
***
No comments:
Post a Comment