Friday, February 7, 2014

Menggapai Asa dengan "2M2B"



Menggapai Asa dengan ”2M2B”
Oleh Budianto Sutrisno

         Tak pelak lagi, apresiasi masyarakat terhadap karya tulis atau buku sudah menjadi ciri budaya sebuah bangsa yang mendambakan kemajuan di segala bidang kehidupan. Mulai dari ekonomi, keuangan, ilmu pengetahuan, sastra, seni, olahraga, politik, dan lain sebagainya. Boleh dikatakan tak ada bidang yang tak disentuh oleh buku – termasuk buku elektronik (e-book) yang tersebar di berbagai situs internet.
         Kemajuan bangsa yang menolok itu dicapai melalui apa yang penulis sebut sebagai formula ”2M2B”, yakni Membaca, Menulis, Berpikir, dan Belajar. Dari mana mulainya? Dari setiap diri kita masing-masing. Sebelum kita menuntut orang lain untuk belajar dan meningkatkan kemampuan serta prestasi, kita harus menuntut diri kita sendiri terlebih dahulu. Menuntut diri untuk belajar, agar hari ini lebih baik daripada kemarin, dan esok lebih baik ketimbang hari ini.
Memupuk kegemaran membaca sejak usia muda.
      Formula ”2M2B” ini perlu kita perkenalkan dan akrabkan kepada masyarakat Indonesia  sejak usia memasuki sekolah dasar. Pelajaran membaca dan menulis perlu digalakkan. Siswa perlu diberi pelatihan bagaimana menuangkan dan mengem-bangkan ide-ide kreatif ke dalam tulisan. Mata pelajaran ’Mengarang’ perlu dihidupkan dan digalakkan kembali.

Sosok panutan
         Ketika masih kanak-kanak, sewaktu ditanya tentang cita-cita yang kita idamkan, muncullah stereotipe jawaban seperti: ”Saya ingin menjadi dokter”, ”Saya ingin menjadi insinyur”, atau ”Saya ingin menjadi ahli komputer”, dan seterusnya.
         Jabatan seperti dokter, insinyur, dan ahli komputer di atas menandakan jabatan tersebut sangat populer pada rentang waktu pertanyaan diajukan. Atau, setidaknya, jabatan tersebut merupakan jabatan bergengsi yang mudah diingat dalam benak seorang anak yang membutuhkan sosok panutan. Karena, bagaimanapun majunya teknologi dan ilmu pengetahuan sebuah bangsa, tetap dibutuhkan sosok yang bisa memberikan suri teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sosok panutan. Kurangnya sosok atau tokoh yang bisa memberikan suri teladan inilah yang menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya kemerosotan moral dan etos kerja  pada sebuah bangsa.
        Jujur saja, bangsa Indonesia selama beberapa dasawarsa terakhir ini, kurang atau bahkan tidak memiliki tokoh yang bisa menjadi panutan secara substansial. Yang dibentangkan di hadapan publik justru hal-hal yang mendatangkan aib bagi bangsa. Korupsi, misalnya, sudah bukan berita yang asing lagi. Yang menyedihkan, sebagian besar pelakunya adalah para petinggi yang seharusnya memberikan suri teladan kepada masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, jika ada segelintir tokoh yang jujur dan cakap bekerja, justru dipojokkan dan disingkirkan. Kalau hal seperti ini berlanjut terus-menerus dari generasi ke generasi, bukan tak mungkin, negara kita tercinta ini bisa menjadi negara preman tanpa hari depan.
           Sementara, kurangnya akses terhadap informasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat 
Menstimulasi semangat belajar dengan alat peraga.
masyarakat memiliki rentang pandang yang relatif sempit terhadap jenis dan ragam profesi atau pekerjaan. Jarang sekali, kalau tidak bisa dikatakan tak ada, anak yang menyebutkan cita-citanya dengan kata-kata, seperti: ”Saya ingin jadi sastrawan”, ”Saya pengin jadi pelukis”, atau ”Saya kelak ingin jadi pakar kuliner”.
         Jabatan-jabatan yang penulis sebutkan di atas, oleh sementara kalangan dianggap kurang bergengsi dan kurang menjanjikan. Sudah barang tentu, anggapan seperti ini salah total. Jabatan atau profesi apa pun (yang halal), jika ditekuni dengan sungguh-sungguh, akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas. Sempitnya pandangan seperti ini bisa dicegah apabila tersedia buku-buku yang memberikan berbagai informasi tentang imu pengetahuan dan jenis profesi dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan buku-buku ini baru dimungkinkan apabila kita memiliki tenaga penulis yang handal dalam jumlah relatif banyak. Dan ketersediaan para penulis ini dimungkinkan bila sejak usia dini para pelajar Indonesia sudah dibiasakan dengan mata pelajaran ’Mengarang’. Di samping itu, harga buku-buku tersebut harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan menarik minat baca para generasi muda penerus bangsa.

Integrasi pengetahuan, seni, dan budaya
         Untuk mewujudkan formula ”2M2B” diperlukan upaya mengintegrasikan berbagai ragam pengetahuan, seni, dan budaya. Idealnya, kita memiliki sebuah wadah untuk mengintegrasikan berbagai ilmu pengetahuan melalui penyediaan buku-buku dan berbagai film di perpustakaan, penyelenggaraan seminar, tempat
pelatihan dan pergelaran berbagai macam seni serta museum. Wadah ini nantinya akan dikenal dengan sebutan PUSPISEBUDI (Pusat Pembekalan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Budaya Indonesia).
         Tempat paripurna ini harus dikelola oleh orang-orang yang mumpuni dan profesional di bidangnya. Pemilihan personel untuk mengelola segenap aktivitas pengintegrasian ini sangatlah penting. Melalui kegiatan semacam inilah sebenarnya karakter bangsa ikut dibentuk, sehingga kaum remaja dan pemuda menjadi insan yang dilengkapi bukan saja dengan pengetahuan kognitif, tetapi juga dengan seni dan budaya yang baik. Semangat dan energi yang bergejolak dalam diri para pemuda Indonesia bisa memperoleh wadah yang tepat. Eksistensi mereka dapat lebih dihargai, terutama melalui kegiatan riset yang intensif. Mereka ini dipicu dan dipacu untuk menjadi generasi yang inovatif, bukan konsumtif. Pendalaman akan seni dan budaya Indonesia akan memupuk kecintaan mereka akan tanah air Indonesia, sehingga mereka mampu menghargai warisan
Belajar mencintai seni dan budaya sendiri.
budaya bangsa sendiri di tengah pengaruh budaya asing yang semakin marak.

         Kegiatan utama PUSPISEBUDI itu berupa pembinaan para remaja dan pemuda Indonesia dalam ”2M2B” yang mencakup berbagai karya ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Indonesia, serta mengkajinya secara mendalam. Untuk itu, sudah barang tentu, perlu dibangun ruang pamer hasil karya bermutu bangsa sendiri. Oleh karenanya, diperlukan para pengajar/tutor yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, serta bersedia mendedikasikan dirinya untuk melatih dan membina para remaja serta kawula muda Indonesia demi kemajuan bangsa.
         Masih ditambah lagi dengan fasilitas laboratorium fisika, matematika, kimia, biologi, dan bahasa. Studio untuk seni musik, seni tari, seni suara, dan berbagai ragam seni rupa. Plus gedung pertunjukan serta pameran yang berkelas dunia, baik dari segi desain, akustik, dan daya tampung pengunjung/penonton. 
         Diperlukan pula sebuah perpustakaan akbar yang mampu menampung aneka ragam buku penunjang 
Koleksi buku lengkap di sebuah perpustakaan.
yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Melalui perpustakaan dan kelas-kelas bimbingan, generasi muda Indonesia dapat dipersiapkan sebagai generasi penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan zaman.
         Wadah integrasi  menjadi semakin lengkap dengan adanya museum, di mana para kawula muda bisa belajar dari temuan serta hasil karya di masa lalu. Dari apa yang dilihat di situ, bukan tak mungkin para pengunjung bisa terinspirasi untuk berkarya lebih baik lagi. 
         Program PUSPISEBUDI ini membutuhkan orang-orang yang mampu bertugas sebagai pencari bakat generasi muda di seluruh wilayah Indonesia. Sekurangnya, setiap provinsi akan diwakili oleh sepuluh remaja  atau pemuda berbakat untuk dikarantina dan digembleng. Untuk itu diperlukan sebuah asrama yang memadai
Berlatih melakukan penelitian dengan tekun.
guna menampung ratusan pemuda berbakat. Setelah melewati tahap tertentu, mereka bisa kembali ke daerah masing-masing untuk memotivasi dan memberikan teladan kepada generasi muda lainnya. Dengan demikian, semakin hari akan semakin banyak remaja serta pemuda Indonesia disiapkan sebagai suatu generasi mandiri yang sanggup mengimplementasikan apa yang dipelajarinya bagi kemaslahatan masyarakat luas.


Kerja sama dengan berbagai pihak
        Untuk melaksanakan program prestisius ini, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Kerja sama bisa digalang dengan berbagai universitas, institusi pendidikan, perusahaan swasta, dan sangar-sanggar seni yang tersebar di seluruh nusantara. Perlu pula menggandeng tangan para pakar seperti Yohanes Surya (fisika), B.J. Habibie (iptek), Sangkot Marzuki (biologi molekuler), Avip Priyatna (musik), N. Riantiarno (teater), Sapardi Djoko Damono (sastra), Nyoman Nuarta (patung), Nungki Kusumastuti (tari), William Wongso (tata boga), dan berbagai ahli serta seniman lainnya. Para pakar ini di samping bertindak selaku pendidik dan pelatih para generasi muda yang berbakat di bidang masing-masing, sekaligus juga menjadi sosok panutan. 
       Dana dalam jumlah besar pasti dibutuhkan. Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, bisa bekerja sama dengan berbagai pihak swasta dan BUMN yang tergerak hatinya untuk memberikan donasi. Setiap bentuk donasi dikelola dengan baik, transparan, bertanggung jawab, dan diaudit oleh pihak independen. Pengelolaan profesional seperti ini merupakan persyaratan mutlak yang tak bisa ditawar lagi.

Mewujudkan mimpi 
        Mungkin hal-hal yang penulis kemukakan di sini masih dianggap sebagai mimpi kosong bagi sementara kalangan. Akan tetapi penulis percaya, jika kita berniat untuk melakukannya secara bersungguh-sungguh dengan semangat memajukan bangsa, niscaya impian ini akan menjadi kenyataan. Bukankah banyak hal besar itu dimulai dengan mimpi yang pernah dianggap mustahil untuk menjadi kenyataan? Pencapaian prestasi manusia mendarat di bulan, misalnya, merupakan contoh nyata betapa mimpi itu bisa diwujudkan sebagai kenyataan yang membanggakan. 
      Apabila program PUSPISEBUDI ini sudah terlaksana, penulis yakin bahwa Indonesia akan mampu menumbuhkan sebuah generasi yang bukan saja cerdas secara kognitif, melainkan juga cerdas secara karakter, dan siap berkarya nyata secara inovatif. Program ini akan menjadi semacam kawah Candradimuka untuk menggodok generasi muda Indonesia agar mampu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain dari sejumlah negara maju. Dan sudah barang tentu, aktivitas ini mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat tinggi di tengah era globalisasi yang semakin memberi kita 
tantangan untuk terus melangkah maju. Menuju hari depan yang lebih baik. Menuju Indonesia Jaya yang sudah lama didambakan.
          Menurut hemat penulis, mewujudkan keberadaan PUSPISEBUDI dengan asas inti ”2M2B” ini tidak lebih kompleks ketimbang upaya mendaratkan manusia ke bulan. Yang kita butuhkan adalah kesadaran akan pentingnya kemajuan bangsa di hari depan. Kesadaran ini kemudian diikuti dengan kemauan untuk bekerja sama guna menggapai asa dan mewujudkan mimpi kita. Jika kita fokus dan berkomitmen pada tujuan yang akan kita capai, mimpi niscaya menjadi kenyataan dan asa pun tergapai.
       Jika bangsa lain bisa, mengapa kita tidak? Kita gapai hari depan Indonesia dengan melaksanakan strategi "2M2B" lewat kerja sama yang baik.Nah, tunggu apa lagi? Potensi sudah tersedia, mengapa kita tak bergegas melaksanakannya?
***

103 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Setujuuu kita tidak hanya perlu membaca dan menulis tetapi juga harus belajar dan berfikir. Apalagi jika menjadi 3M2B (Membaca, Menulis, dan Makan, Belajar dan Berfikir). Hehehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh-boleh saja ditambah dengan "Makan", asal jangan terlalu banyak porsinya, bisa ngantuk nanti. Kalau sudah ngantuk, ya tak bisa lagi "2B"

      Delete
    2. Kegiatan utama PUSPISEBUDI itu berupa pembinaan para remaja dan pemuda Indonesia dalam ”2M2B” yang mencakup berbagai karya ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Indonesia, serta mengkajinya secara mendalam. Untuk itu, sudah barang tentu, perlu dibangun ruang pamer hasil karya bermutu bangsa sendiri. Oleh karenanya, diperlukan para pengajar/tutor yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, serta bersedia mendedikasikan dirinya untuk melatih dan membina para remaja serta kawula muda Indonesia demi kemajuan bangsa.)saya terkesan dengan cerita ini.saya ingin menambahkan 2M&3B yaitu menulis,membaca,berfikir,belajar dan becanda.) wkwwkkwk
      saya mau tanya artinya puspisebudi ,substansial,sma stereotipe apa ya pak???
      Ini saya vincentgunawan 9B

      Delete
  3. Sungguh menginspirasi. Alangkah baiknya strategi "2M2B" didasarkan pada kemauan sendiri untuk mencapai kemajuan dalam suatu negara dan setelah itu dapat menjadikan contoh untuk menginspirasi semua orang. Karena sekarang ini berkat kemajuan teknologi yang sungguh pesat, masyarakat terkadang malas untuk terus belajar dan berhenti berinovasi. Saya mendukung dengan kutipan diatas "Kemauan untuk bekerja sama guna menggapai asa dan mewujudkan mimpi kita". Karena mimpi yang besar dibutuhkan usaha dan kerja keras untuk memperolehnya. Maju terus Indonesia !!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bung Ricky, hal ini memang ironis. Kemajuan teknologi seharusnya memicu kita untuk lebih kreatif dan produktif, tetapi anehnya, malah bisa membuat kita malas. Mungkin ini karena manusia merasa hidupnya terasa lebih nyaman, lalu menjadi tak produktif, alias malas.

      Delete
  4. sungguh memberi inspirasi pak. setuju juga untuk kalimat "Kemauan untuk bekerja sama guna menggapai asa dan mewujudkan mimpi kita" karena kita tidak bisa sukses sendirian (y)

    ReplyDelete
  5. Thank you, Bung Stanley. Mudah-mudahan Anda mencapai sukses yang Anda impikan.

    ReplyDelete
  6. Saya sangat setuju. Saat ini, Indonesia memang memerlukan strategi 2M2B. Dengan adanya teknologi yang maju dan pesatnya dunia berubah, banyak orang sudah malas berpikir dan menggunakan potensinya dengan sepenuh-penuhnya. Dengan adanya strategi 2M2B, Indonesia dapat menjadi Indonesia yang lebih baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Dik Natasha. Mudah-mudahan Anda ikut menyebarkan wabah "2M2B", ya!

      Delete
  7. emang agak miris ya ngeliat anak sekarang lebih milih mainin gadget mereka daripada membaca atau menulis..
    Anyway, "PUSPISEBUDI" saya rasa merupakan ide yang menarik, dan saya rasa bisa jadi salah satu langkah membangun bangsa kita ini.
    Dan lagi, memilih beberapa orang remaja berbakat untuk dilatih oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya, kita jadi seperti memiliki "Power Rangers" nya pendidikan. lol.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ma kasih, Mas yangky. Mudah-mudahan Anda bisa menjadi bagian dari "Power Rangers" yang Anda sebutkan itu.

      Delete
  8. Penulis patut diberi acungan jempol karena jarang ada penulis yang berbicara seperti ini. Profesi apapun yang kita tekuni dan hidupi adalah baik dan sah jika dilakukan untuk memuliakan Tuhan dan profesi sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Program ini yang bisa menjadikan bangsa Indonesia lebih maju bisa tercapai apabila kita mempunyai iman yang kokoh untuk mengerjakan hal ini dan mempunyai komitmen yang kuat. Saya setuju dengan apa yang penulis katakan, bahwa segelintir tokoh yang jujur dan cakap bekerja justru dipojokan, seolah-olah bangsa Indonesia tidak mau maju dan menikmati dosa yang mereka perbuat(korupsi), lebih baik lelah bekerja dan membuahkan kesukacitaan daripada bersenang-senang di dalam dosa dan membuahkan kesengsaraan dikemudian hari. Hampir setiap orang ingin memiliki profesi yang bergengsi dan terkenal, lebih baik memiliki profesi yang tidak terkenal tetapi meninggikan nama Tuhan daripada memliki profesi yang dikenal banyak orang tapi tidak memuliakan Tuhan. Saya percaya apa yang diharapkan penulis akan terwujud. Buatlah negara ini semakin baik setiap harinya dan mampu menyaingi negara yang la in sehingga dapat mengharumkan nama bangsa, jika bangsa lain bisa mengapa kita tidak? Padahal potensi yang kita miliki sudah mencukupi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Jeffrey. Anda sudah menambahkan segi yang penting, yakni iman dan kerohanian yang menopang hidup kita.

      Delete
  9. Saya cukup tersadarkan dengan resep "2M2B" ini, karena faktanya anak" zaman sekarang lebih tertarik kepada hal yang instant sedangkan resep "2M2B" merupakan sesuatu yang membutuhkan proses yang cukup lama. Kiranya setiap anak muda yang membaca ini boleh tersedarkan dan memakai rumus "2M2B' ini agar apa yang mereka inginkan boleh terkejar kelak melalui prestasi dan hasil apa yang mereka pelajari!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Jayson. Memang proses sangat diperlukan dalam kehidupan, dan merupakan sesuatu yang niscaya harus dijalani dalam setiap tahap kehidupan. Tanpa proses, yang mungkin bisa makan waktu lama, tidak akan ada peningkatan, karena tanpa proses berarti mandeg.
      Proses metamofosis ulat menjadi kupu-kupu acapkali dijadikan ilustrasi yang baik.

      Delete
  10. Setuju, program "2M2B" ini dapat membuat Negara Indonesia ini lebih maju. Murid murid yang dididik oleh program "2M2B" ini dapat menemukan talenta para murid yang dididik. Jadi mereka dapat mengembangkan talenta yang sudah diberikan Tuhan kepada mereka. Jadi dengan demikian mereka dapat menjalankan panggilan mereka masing masing

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Bung Nathanael, karena Anda mengingatkan kita akan tanggung jawab setiap manusia yang sudah diberi anugerah talenta oleh Sang Maha Pemberi. Talenta ini yang harus dikembangkan secara tepat untuk kemaslahatan banyak orang.

      Delete
  11. Metode 2M2B ini seharusnya sudah dikenal sekolah-sekolah di Indonesia, yang kelihatannya selalu menekankan mengerjakan soal (ditambah pilhan ganda). Kapan membacanya? Kapan menulisnya? Kapan bisa menganalisis dan berpikir kritis jika PR siswa selalu saja soal yang metode nya telah diajarkan? Imajinasi dan nalar siswa seakan kurang dikembangkan, yang penting rajin mengerjakan soal! Bukankah seperti itu selama ini ?
    Padahal ada baiknya jika imajinasi siswa dikembangkan. Bukan untuk menjadikan siswa sebagai pengkhayal atau pemimpi, tetapi menjadi siswa yang berpikir dan belajar. Otomatis menjadi siswa yang cerdas untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin sulit, bukan? Jadi lengkaplah sudah metode 2M2B ini. Saya setuju!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Tias atas masukannya. Sepertinya yang Anda katakan itu benar. Para remaja dan pemuda di usia sekolah kurang dilatih untuk berpikir kreatif dan imajinatif secara bebas. Mungkin, sekali lagi mungkin, karena beban mata pelajarannya terlalu banyak, dan sudah telanjur banyak yang melakukan pekerjaan menghafal.

      Delete
  12. Ini tulisan yang sangat mengibur hati dan kaya akan ide, perlu lebih diperhatikan dan ditelaah kembali masalah-masalah serta hal yang menghambat dan tidak dijalankannya pemikiran-pemikiran seperti ini, begitu juga dengan efek samping dari program ini baik positif maupun negatif. Sungguh menjadi sesuatu yang membahagiakan dan sangat baik bila ide ini dapat terlaksana. Jika mereka bisa, kenapa kita tidak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas masukannya, Mas Red Shiny (mudah-mudahan gak salah sebut gender). Kesulitan menjalankannya, barangkali terutama terterletak pada sikap kita yang, katakanlah mayoritas, merasa cemas bila keluar dari 'zona nyaman' pendidikan yang telah berurat akar selama puluhan tahun. Sudah barang tentu, setiap gagasan pasti mengandung efek samping yang negatif maupun positif. Program akbar ini perlu studi kelayakan yang menyeluruh jika memang hendak dilaksanakan.

      Delete
  13. Menurut saya, belajar seolah-olah menjadi sebuah beban, bukan keinginan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Kevin. Jika belajar menjadi sebuah beban, maka orang yang bersangkutan cenderung malas atau enggan melakukannya. Akan tetapi, jika belajar sudah menjadi semacam kegemaran, maka hal itu akan sangat menyenangkan. Jadi kita perlu membangun 'atmosfir' yang mendukung untuk belajar, baik secara internal maupun eksternal.

      Delete
  14. kesadaran tidak hanya perlu dimiliki oleh generasi, tetapi kesadaran harus dimiliki seluruh penduduk indonesia agar dapat menyukseskan program yang akan membangun kesadaran generasi muda ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Pak Susanto. Benar, kesadaran akan "2M2B" itu perlu dimiliki juga oleh generasi lainnya. Yang lebih senior memberikan dukungan, yang lebih junior akan belajar dari generasi kakaknya, meniru langkah yang positif.

      Delete
  15. Saya setuju sir, karena jaman sekarang di Indonesia anak2nya jarang ada yang punya cita2/ mimpi untuk digapai. Karena kebiasaan di sekolah, hanya di jejali teori dan disuruh menghafal saja, jadi kita sendiri pun tidak bisa menjadi kreatif. Dengan kita belajar, menulis, dan menganalisis setiap hal, pasti otomatis otak kita terpacu untuk berpikir dan berimajinasi. Bisa saja anak yang rajin banget di sekolah, tapi ketika masuk dunia kerja tidak bisa ngapa2in karena skillnya jarang diasah. Alangkah baiknya sistem pendidikan di Indonesia tidak hanya melulu hafalan dan teoritik, karena toh setelah lulus sekolah nanti, teori2 yang diajari jarang diaplikasikan di kehidupan nyata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Dik Widyana. Intinya adalah penekanan bahwa pelajaran di sekolah itu harus dapat diimplementasikan secara praktik dalam dunia kerja/karier sehari-hari, bukan sekadar hafalan semata. Orang Jawa mengatakan: "Ngelmu iku kelakone kanthi laku" (Menimba ilmu itu baru terwujud apabila dipraktikkan secara nyata dalam kehidupan).

      Delete
  16. Yakinilah bahwa berkarya dibidang apapun jika kita memiliki tekad semangat juang dan mau belajar, kita akan sukses dibidang yang kita tekuni. Saya setuju, berjuang untuk karir dimanapun yang penting "halal".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Riswan. Sepertinya Anda seorang pemuda yang sangat bersemangat dalam berkarya serta memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ini memang merupakan salah dua faktor yang menunjang keberhasilan di dalam berkarier di bidang apa pun. Salam semangat!

      Delete
  17. Pak Budi, saya sangat setuju dengan ide Bapak. Hasil yang baik akan sangat ditentukan oleh proses yang baik dan saya melihat ide Puspisembudi berdasarkan 2M2B ini paling tidak "menjamin" proses yang baik. Kendala yang mungkin muncul adalah saat ini "kaum muda" tidak terlalu berfokus pada proses, banyak yang berfikir bahwa "Google" sudah menyediakan banyak sekali informasi dengan cepat dan riil, lalu mengapa diperlukan Puspisembudi. Akan sangat baik bila dapat dikampanyekan juga kelebihan dari "direct learning" dari para pakar tersebut yang dapat membentuk "framework" berfikir yang holistik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas masukannya, Bung Profil. Ada sedikit pembetulan dari saya: akronimnya bukan PUSPISEMBUDI, tetapi PUSPISEBUDI. Ya, sepertinya terdapat kecenderungan mau serba-instant di kalangan pemuda dan remaja kita, melupakan pentingnya proses. Intan yang sebenarnya hanyalah karbon itu bisa menjadi sangat berharga setelah melalui proses tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Tanpa proses panjang tersebut, arang hanya bisa dijadikan bahan bakar untuk membakar sate, atau sebagai media tanaman tertentu. Dan tentu saja, nilai arang itu sangat rendah ketimbang intan. Apalagi intan yang sudah digosok dan diberi faset. Kinclong!

      Delete
  18. Setuju dengan Pak Budi, dengan adanya program "2M2B" ini generasi muda sekarang akan lebih tergali potensinya. Dari proses ini juga setiap anak juga diajak berpikir tentang kondisi dan situasi yang sekarang terjadi di Indonesia bukan hanya sekedar menerima teori tanpa dipikir ulang.Jadi, generasi muda tidak hanya menerima mentah-mentah tapi juga bisa melakukan perubahan untuk Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak April. Saya percaya bahwa jika potensi pemuda digali lebih intens, maka mereka akan memikirkan realitas yang sedang terjadi dan menerapkan ilmunya untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

      Delete
  19. Saya setuju dengan program 2M2B ini. Walaupun kini jejaring internet sudah meluas dan memberi wadah bagi pelajar Indonesia untuk memperdalam ilmu, terlalu banyak distraksi yang diberikan dalam sebuah global network sehingga dibandingkan 'memperdalam', hal ini justru menjadi sarana bagi para pelajar untuk 'sekedar tahu tetapi hanya kulitnya saja'.

    Distraksi internet juga menjadi salah satu faktor bagaimana anak muda jaman sekarang seringkali tidak paham akan konsep passion karena kini segala sesuatu dapat dikerjakan dengan bantuan teknologi. Dengan bantuan 2M2B diharapkan pelajar Indonesia dapat memperdalam lagi ilmu-ilmu yang ada dan tidak hanya sekedar belajar melalui bantuan institusi pendidikan saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Dik Kezia. Ada kata kunci menarik dalam respons Anda, yakni: "passion". Yah, belajar dengan bertatap muka secara langsung dengan pakarnya, akan menimbulkan nyala "passion" yang tak mungkin bisa kita peroleh lewat belajar dari komunitas atau informasi di dunia maya. Dan, memperdalam secara langsung bersama pakarnya, mencegah terjadinya distraksi. Memang, relasi antarmanusia tak mungkin bisa digantikan dengan apa pun, termasuk perangkat teknologi yang "state of the art" sekalipun.

      Delete
  20. Menarik sekali dan sangat aplikatif. Membaca, menulis, belajar, dan berfikir. Peran guru-guru yang cakap dalam mengajarkan murid-muridnya menikmati dan aktif melakukan keempat hal dasar ini sangat krusial... Kalau dipikir, bahkan sejak SD kita sudah diajari keempat hal ini loh. :) Hanya perkembangannya belum maksimal. Bagaimana mengembangkannya menjadi lebih menarik, hidup, umum, dan bermakna...
    Tugas mulia para pendidik (orang tua, guru, dosen, dsb)! Maju Indonesia!! Tunjukkan MERAH-MU ~ ;D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sdr. 5ntaro, terima kasih atas respons Anda. Pengajaran "2M2B" yang diberikan selama ini cenderung membuat peserta didik menghafal. Pengajaran kurang membuat siswa 'berkelana' dengan segenap kekayaan imajinasi untuk berpikir kreatif. Formula "2M2B" yang saya sajikan itu bersifat mengeksplorasi daya imajinasi dan kreativitas setiap peserta didik. Ini memang merupakan tantangan tersendiri bagi para guru, terutama yang terbiasa mengajar di kelas secara "one-way traffic".

      Delete
  21. Saya rasa, sejarah Indonesia yang jelas akan sangat mendukung pengajaran "2M2B". Sejarah Indonesia seakan-akan telah begitu "kabur", sehingga anak Indonesia tidak peduli dengan kebenaran di balik sejarah negaranya. "Indonesia dasarnya adalah negara korup", itulah apa yang saya rasa, dan menurut saya banyak anak-anak, ketika mempelajari sejarah.

    Hasilnya adalah krisis identitas. "Apa gunanya saya belajar kalau nanti korupsi dapat memberi saya uang yang melimpah?", "Kenapa saya harus balik Indonesia kalau menjadi guru seringkali tidak dihargai?", dan masi banyak lagi pertanyaan yang dapat dilontarkan akibat krisis ini.

    Terima kasih Pak Budi dan terus berkarya lewat tulisan-tulisan Anda!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Sdr. asd. Memang, jika kita lihat kenyataan sehari-hari, semangat bisa patah di jalan, karena melihat berbagai tingkah tak beres di sekitar kita yang seolah sudah menjadi kebiasaan yang harus diterima. Tetapi saya ingat, masih ada Tuhan yang kuasa-Nya tak terbatas, yang menyendengkan telinga-Nya untuk mendengarkan doa-doa orang benar yang berkarya dengan jujur. Suatu saat, mendung akan tergusur, digantikan hari cerah berpelangi warna-warni.

      Delete
  22. Setuju banget nih..
    Perubahan dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Setelah orang lain melihat kita berubah makan mereka akan juga berubah. Begitu selanjut nya sampai bangsa kita bisa berubah..
    Memulai semua dari hal sederhana. 2M2B bisa terwujud dengan adanya disiplin dan kerja sama semua pihak. Mau membiasakan anak2 membaca bisa dimulai dari lingkup kecil seperti sekolah dan d rumah.
    Ide yang sangat bagus membentuk suatu organisasi yang mengabhil anak2 dari daerah dan d beri pelajaran ttg bakat mereka dan dilepas kembali tuk jadi semangat dan teladan temen2 yg ada d daerah asal.
    Terkadang anak perlu untuk mengembangkan imajenasi mereka dan impian mereka. Agar apa yang merka sukai itu ngga ngikutin orang lain. Melaikan berdasarkan hati dan kerinduan mereka mau jadi apa nanti.
    Seperti di amerika. Anak2 dibebaskan untuk memilih bidang apa yang mereka sukai. Asal masih dalam batas positive ya biarkan saja.
    Tugas orang tua dan guru adalah mengarahkan.
    Intinya sih ya balik lagi menurut saya bagus banget ide nya..
    Semua harus d mulai dari diri sendiri. Perlahan memulai perubahan itu, buat sebuah komitmen. Jadi kalo jatuh inget deh sama komitmen itu. Jadi bisa semangat lg.
    Sesuatu yg besar kan dimulai dari sebuah mimpi.. saya yakin suatu saat mata dunia akan tertuju pada insonesia.. ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Dik Angel yang telah memberikan perhatian dari jauh (Amerika Serikat). Anda menekankan pentingnya menjadi diri sendiri, tidak perlu mengekor kepada orang lain, karena bakat dan talenta setiap orang itu berbeda-beda. Selain itu, orang perlu mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan hati dan kerinduan di dalam diri yang bersangkutan untuk menjadi seseorang yang dicita-citakannya. Anda juga menyebutkan peran penting orang tua dalam mengarahkan. Setuju.

      Delete
  23. Tulisan yang menginspirasi, Pak Budi. Program PUSPISEBUDI dengan berlandaskan pada program "2M2B" sangat tepat. Sudah seharusnya Indonesia bangkit dan mengejar ketertinggalannya. Namun kembali lagi, saya merasa kemajuan sebuah bangsa bukan hanya berdasarkan pada faktor pendidikan semata, melainkan pada ketaatan bangsa itu pada penciptaNya. Bila suatu bangsa benar-benar kembali kepada Tuhan maka akan ada kebangunan yang terjadi dalam bangsa itu, dalam seluruh aspek yang ada, seperti pendidikan, hukum, kebudayaan, dan lain-lain. Tapi saya percaya hal takut akan Tuhan ini perlahan-lahan mulai tumbuh di negara kita kembali. Mari kita terus berdoa bagi bangsa kita, agar sebagai bangsa kita memiliki kesadaran untuk menjadi bangsa yang besar. Agar negara kita juga memiliki negarawan-negarawan yang berjiwa besar dan berintegritas. Bersyukur kepada Tuhan, Pak Budi terus menggenapi panggilan bapak sebagai seorang penulis di tengah-tengah bangsa ini. Terus berkarya dan menjadi berkat Pak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bu Christine. Memang harus ada keseimbangan antara pencapaian pembangunan fisik dan pembangunan mental/spiritual. Perlu adanya kebangunan rohani secara nasional, sehingga hati Tuhan berkenan kepada bangsa Indonesia. Jika Sang Pencipta sudah berkenan, saya percaya, selalu ada jalan keluar bagi setiap permasalahan yang ada. Sering kali kita - termasuk saya - yang terbatas ini, cenderung lebih terpusat kepada masalah yang kita hadapi, bukan kepada Sang Maha Rahmani yang kuasa-Nya tak terbatas.

      Delete
    2. Sangat setuju dg bu Christine dan pak Budi. Saya sangat bersyukur jika setiap org Kristen dapat dengan integritas penuh tetap menyatakan panggilanNya yg mulia untuk memperkenalkan Kristus dan terlebih menginspire orang-orang yang ada disekitarnya untuk mengerjakan masing-masing panggilannya dengan takut dan gentar dihadapan Tuhan dan berani menolak dosa dan bahkan mengingatkan dan menegur orang-orang yang mengerjakan panggilannya dengan tidak berlandaskan takut akan Tuhan. Jika sejak usia dini anak-anak mengerti panggilannya dan tujuan mereka dicipta maka bukan hanya kesadaran untuk membaca atau belajar yang akan muncul bahkan mereka akan mengerjakannya dengan ketulusan hati, kesabaran, ketekunan dan penuh cinta demi mencapai tujuan yang mulia seperti yang Tuhan kehendaki dalam hidup mereka. Thanks pak Budi, teruslah berkarya bagi kemuliaan Kristus. Tuhan berkati.

      Delete
    3. Terima kasih Bu Lydia. Memang segala hal yang kita lakukan dengan motivasi yang benar dan rasa gentar kepada TUhan akan menjadi berkat bagi banyak orang. Saya mohon maaf bila respons saya terlambat.

      Delete
  24. Setuju Pak Budi. Saat ini, anak-anak-termasuk saya sendiri, lebih memilih bermain dengan kecanggihan elektronik dibandingkan membaca atau belajar. Jika ada kesadaran untuk bekerja sama, program ini berkemungkinan dapat meningkatkan kemajuan bangsa kita. Diharapkan kerja sama dan kesadaran yang dimiliki bukan hanya berada di kelompok tertentu, tapi juga menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Meski begitu, aspek lain yang dapat menghambat juga perlu dipertimbangkan, seperti besar motivasi seorang anak untuk belajar (berasal dari diri sendiri) serta keadaan lingkungan, ekonominya, dll (dari luar).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Dik Livia. Ya, yang pertama kali diperlukan memang adanya kesadaran diri untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih maju Menurut hemat saya, faktor internal dalam motivasi diri itu lebih besar peranannya ketimbang faktor eksternal. Jika kita menyadarinya, maka kita tak akan terlalu mudah menyalahkan lingkungan di sekitar kita. Sebenarnya, yang sering menjadi problem besar adalah diri kita sendiri yang terlalu "kekeuh" berkanjang di dalam kesalahan.

      Delete
  25. semoga karya tulis ini dapat menginspirasi yang membaca

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Richard. Semoga apa yang Anda harapkan boleh menjadi kenyataan.

      Delete
  26. Satu kata dari saya "SUPER SEKALI" semoga program 2m2b segera di laksanakan di tanah air kita ini yaitu indonesia sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Ivandy. Kiranya harapan Anda boleh menjadi kenyataan.

      Delete
  27. semoga jadi kenyataan dan bukan harapan saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Dik Jacqueline yang telah memberikan respons dari Amerika Serikat. Ya, semoga menjadi kenyataan.

      Delete
  28. Setuju. Hal hal seperti ini memang sudah harus ditanam sejak usia dini, terlebih untuk sekarang, hal seperti ini sudah jarang sekali kita temui. Alangkah baiknya jika hal ini dapat ditunjang dengan kecanggihan elektronik yang ada, misalkan dengan memanfaatkan e-book (tanpa mengesampingkan buku dalam bentuk fisik juga tentunya). Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan hal lain dari luar Indonesia yang apabila kita membeli buku dalam bentuk fisiknya akan lebih berat bagi beberapa kalangan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Marini. Ya, tentu saja keberadaan e-book tetap penting di samping buku, video, film, dan alat penunjang pendidikan lainnya. Boleh jadi nanti Mbak Marini akan ikut berpartisipasi dalam pengadaannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, jika ide ini terwujud.

      Delete
  29. Membaca, Menulis, Berpikir, Belajar. Menurut saya, ini baru 4 sehat, belum 5 sempurna. Kita butuh 1 lagi yaitu Melakukan. Seorang kakek pernah berkata : I think, I forget. I write, I remember. I do, I understand. Studi juga mengatakan bahwa belajar yang disertai dengan aktifitas dapat lebih mudah diingat dan lebih lama tersimpan dalam 'long term memory'. Banyak proofs lain yang bisa dicari di google yang tidak perlu disebutkan.
    Kalau diintegrasikan ke pendidikan yang saya amati di Jerman, orang2 sini menerapkan sistem magang (German : Praktikum, English : internship). Magang disini bukan berarti anak sekolahan yang ecek2 dan tidak bisa apa-apa yang cuma disuruh photocopy dan beli ketoprak. Magang disini beneran serius. Banyak applicants yang tidak diterima dikarenakan skill nya tidak memenuhi syarat. Sistem magang disini ada banyak macam. Ada magang jangka pendek, yaitu sekitar 1-2 bulan. Dan jangka panjang 6 bulan atau lebih. Dan orang yang magang itu kerjanya sama seperti karyawan biasa. Memang gajinya beda, tetapi orang yang magang mendapatkan pengalaman kerja yang sangat berguna di masa depan, dengan modal yang kecil (lulus S1 saja belum). Selain itu, orang yang magang juga mendapatkan gambaran untuk masa depan, apakah dia cocok dalam bidang itu atau tidak, sehingga tidak ada lagi yang namanya "salah jurusan" yang sering kali kita dengar dari rekan-rekan kerja kita.

    Dengan demikian, sebagai penutup, saya harap Indonesia dapat meniru kultur yang baik ini dan diterapkan dengan baik dengan cara badan pendidikan bekerja sama dengan perusahaan agar mencapai Indonesia lebih baik.
    (saya dapat ide 4 sehat 5 sempurna dari link yang bpk share tentang 10 org indonesia yang dikenal dunia)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Stephen yang telah memberikan respons dari Jerman. Sebenarnya, "Melakukan" itu sudah tercakup di dalam "2M2B", karena seperti orang Jawa bilang "Ngelmu iku kelakone kanthi laku" (Menimba ilmu itu baru menjadi kenyataan apabila dipraktikkan dalam hidup sehari-hari"). Saya setuju bahwa magang itu membuat tenaga kerja lebih siap pakai, dan bisa menghindarkan terjadinya "salah jurusan" dan juga "salah urus". Di sejumlah perguruan tinggi telah dilakukan apa yang disebut sebagai KKN (Kuliah Kerja Nyata), tetapi mungkin belum seprofesional apa yang dilakukan di Jerman. Perusahaan Budi Mixed Farming milik wiraswasta almarhum Tjandramukti (yang namanya tercantum dalam daftar “10 Penemu dari Indonesia”), misalnya, pernah menerima sejumlah mahasiswa dari Fakultas Pertanian untuk melakukan KKN sebagai salah satu persyaratan untuk lulus S-1.
      Sekali lagi, terima kasih atas masukannya, dan salam saya buat teman-teman yang bermukim serta studi di Jerman. Tuhan memberkati Anda semua.

      Delete
  30. Salam Pak Budi, terimakasih untuk tulisan dan ide anda. Tulisan ini perlu kami tanggapi dengan aksi. Contoh sederhana apakah yang ditawarkan orang tua saat anak-anaknya (bayi, batita, balita, remaja) sedang bosan? Apakah konsep (kesenangan, nilai, kehormatan, makna) yang ditawarkan kepada mereka? Orang tua dan guru memiliki beban yang besar. Tidak heran batita mahir bermain gadget, tidak heran remaja perempuan senang berdandan, tidak heran remaja putra merengek minta fasilitas. Karena orang tua sering kali secara tidak sadar menjadikan hal tersebut fokus. Berilmu jarang sekali ditawarkan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bu Rini. Memang pendidikan itu dimulai dari lingkungan keluarga terlebih dahulu sejak anak masih kecil. Bahkan ada yang berpendapat sejak di dalam kandungan, sang calon jabang bayi sudah diajak berkomunikasi dan mendengarkan lagu-lagu klasik tertentu untuk mengasah kecerdasan.
      Apa yang ditawarkan oleh orang tua berperan besar bagi perkembangan si anak. Penawaran yang bersifat materi cenderung menciptakan generasi yang materialistik, "cuwek", dan tidak peduli kepada orang lain. Penawaran yang bersifat mendidik (pengetahuan maupun budi pekerti) adalah penawaran/pembekalan yang sangat perlu diberikan oleh orang tua kepada generasi muda. Hal ini, menurut hemat saya, akan membuat Anda menjadi lebih kreatif dan berkarakter mandiri serta peduli.

      Delete
  31. Satu hal lagi mengenai pertunjukan seni. Pengunjung di sana adalah "dia lagi..dia lagi" apalagi pertunjukan tari yang melibatkan anak kecil. Orang tuanya hanya menonton sampai anaknya muncul di panggung. Setelah itu mereka pulang, dan gedung pertunjunkan yang awalnya penuh menjadi kosong hampir setengah. Apa yang sedang diajarkan orang tua kepada anak mengenai apresiasi seni?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas respons-nya, Bu Rini. Saya berpendapat bahwa hal semacam ini disebabkan karena masih banyak orang tua yang beranggapan bahwa seni itu tidak/kurang penting dibandingkan dengan, misalnya, ilmu pasti. Atau sekurangnya, mungkin, mereka menganggap seni dan budaya itu kurang prestisius atau kurang menjanjikan ditinjau dari segi finansial, misalnya.
      Mereka ini lupa bahwa kualitas hidup itu tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang dimiliki, tetapi juga seberapa jauh kita bisa mengapresiasi keindahan sebuah karya seni dalam budaya sebuah bangsa. Hidup bukan sekadar perhitungan dengan angka-angka, tetapi juga mencakup segi keindahan yang ada dalam alam dan potensi keindahan yang ditanamkan oleh Sang Pencipta di dalam diri manusia. Bukankah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Sang Pencipta? Sang Pencipta memiliki citarasa seni supertinggi, demikian pula hendaknya yang dicipta. Yang dicipta mengikuti jejak Sang Pencipta.

      Delete
  32. Kegiatan utama PUSPISEBUDI itu berupa pembinaan para remaja dan pemuda Indonesia dalam ”2M2B” yang mencakup berbagai karya ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Indonesia, serta mengkajinya secara mendalam. Untuk itu, sudah barang tentu, perlu dibangun ruang pamer hasil karya bermutu bangsa sendiri. Oleh karenanya, diperlukan para pengajar/tutor yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, serta bersedia mendedikasikan dirinya untuk melatih dan membina para remaja serta kawula muda Indonesia demi kemajuan bangsa.)semoga tercapai di negara kita.semoga tuhan memberkati kita semua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Bung Vincent. Ya, semoga saja bisa menjadi kenyataan. Dan akan lebih menggembirakan lagi bila Anda bisa menjadi salah satu peserta yang dilatih dalam kegiatan di PUSPISEBUDI.

      Delete
  33. Saya berani kan SIR??
    2M&3B yaitu membaca,menulis,belajar,befikir dan bercandra wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksud Anda mungkin "Bercanda", bukan "Bercandra". Terima kasih.

      Delete
  34. Iya maksud saya bercanda bukan bercandra.

    ReplyDelete
  35. Saya sangat mengapresiasi formula '2M&2B' dalam meningkatkan kualitas SDM di negara ini. Namun sayangnya, perjalanan untuk meraihnya pastilah akan menemui banyak hambatan. Di sisi lain, penggunaan teknologi yang canggih saat ini juga tengah gencar dipopulerkan oleh banyak pihak dikarenakan efisiensi dalam mencari informasi. Hal ini ditambah lagi dengan bedanya 'jalur impian' yang dimililiki orang2 ketika ia menginginkan adanya seseorang yang mendarat di bulan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. exactz94 atas respons Anda. Teknologi canggih diterapkan pula pada penerapan formula "2M2B" sebagai alat bantu, bukan sebagai sarana utama. Peran terpenting tetap dipegang oleh tutor yang bisa menjadi tokoh panutan yang membangun "passion" dan melakukan pembinaan pada diri setiap peserta didik.
      Salam saya untuk teman-teman yang ada di kampus UMN.

      Delete
  36. Replies
    1. Terima kasih, Bu Maria. Kiranya bisa berguna bagi kita semua.

      Delete
  37. Masih ada harapan negara kita bertumbuh ke arah itu.
    Kiranya apa yang ditulis dalam artikel ini cukup untuk menggelitik setiap orang yang membaca untuk bertindak sehingga ide ini dapat terealisasikan.

    "quia habebis spem in novissimo et praestolatio tua non auferetur!"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Devotio mea. Kiranya harapan Anda, harapan saya, dan harapan kita semua boleh menjadi kenyataan, jika Tuhan menghendaki. Oh ya, yang Anda lampirkan itu berasal dari Amsal 23:18, ya?
      Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. Sungguh sebuah keajaiban (atau kebetulan?) tanggapan Anda termuat pada tanggal 18 juga. Apakah ini merupakan konfirmasi positif terhadap ide besar "2M2B"?

      Delete
  38. 2M2B mengingatkan kembali untuk terus meningkatkan/mengembangkan potensi yang ada dalam diri kita, serta perlu diterapkan pada masyarakat Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas respons Anda, Sdr. Daniel. Kiranya Anda dapat menjadi semacam 'agen' yang menyalakan semangat pengembangan potensi diri kepada para pemuda Indonesia untuk menyukseskan program "2M2B" ini.

      Delete
  39. Saya setuju pak. Kalau bukan kita yang mencintai budaya sendiri, siapa lagi. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Program ini tidak mustahil dilaksanakan asalkan kita memiliki tekad yang kuat dan terus berdoa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Melinda atas respons Anda. Ya, sudah selayaknya kita berkewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan segala khasanah kekayaan bangsa yang ada di negeri kita sendiri. Kiranya Tuhan menganugerahkan semangat untuk memperbaiki diri kepada kita semua. Amin.

      Delete
  40. Saya setuju Pak dengan ide PUSPISEBUDI-nya yang sebenarnya sederhana dan bagus, tapi ide ini sepertinya lagi-lagi bakal berbenturan dengan sistem pendidikan korup di negeri ini. Regulasi dunia pendidikan Indonesia terlalu banyak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pemangku kekuasaan lembaga pendidikan nasional, sebut saja penyelenggaraan UN dan kurikulum yang sudah Bapak kritik habis di tulisan sebelumnya. Rasa-rasanya ide ini hanya akan berhasil menjangkau sejumlah kalangan pelajar di Indonesia jika sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri belum diubah. Menurut saya, program ini agaknya berlawanan dengan sistem yang berlaku saat ini.
    Ada beberapa hal yang saya bisa soroti. Pertama, sistem yang ada saat ini seolah menggangap semua siswa itu ‘polymath’, bisa apa saja bak Da Vinci yang bisa melukis, biologi, sekaligus matematika. Namun, kenyataanya tidak semua siswa seperti itu. Berdasarkan pengalaman mengajar les, saya sering mendapat celetukan dari murid les yang bilang: “Ko, ngapain sih gw belajar Phytagoras toh ujung-ujungnya gw jdi ibu rumah tangga juga”. Sistem tidak terkonsen pada apa yang siswa minat dan mampu.
    Hal kedua mengenai orientasi dari sistem yang ada. Sistem yang ada saat ini seolah lebih berpusat pada kemauan Negara. Negara maunya para siswa itu jago di mat, ipa, dan bahasa praktis. Akibatnya, pemerintah jor-jor-an memaksa siswa belajar mata pelajaran-mata pelajaran di atas dengan menafikkan pelajaran lain yang dianggap ‘kurang penting’ seperti olahraga dan seni yang hanya diberi tempat kecil di kurikulum. Kontras dengan sistem ini, menurut saya konsep yang Bapak tawarkan lebih berpusat pada pengembangan passion siswa.
    Ketiga, terkait standarisasi guru. Entah kenapa sistem standarisasi yang ada menurut pengamatan saya justru malah membuat bahkan ‘memaksa’ guru lebih konsen mengejar standarisasi A, B, C, yang saya kurang paham daripada benar-benar meningkatkan kualitas mengajarnya. Alhasil, metode yang dipakai guru mengajar menjadi terlalu membosankan. Guru terlalu disibukkan dengan keharusan memegang sertifikat ini itu kalau mau dapat gaji yang cukup untuk mengenyangkan satu keluarganya, ketimbang didorong berkreativitas dan berinovasi dalam mengajar. Lagi-lagi hal ini kontras dengan ide yang Bapak tawarkan. Mengingat PUSPISEBUDI ini akan diisi oleh orang-orang top yang amat ahli di bidang masing-masing.
    Oleh karena itu, menurut hemat saya sebelum program ini dilaksanakan seharusnya sistem yang ada saat ini diubah terlebih dahulu. Jika tidak, pemegang kekuasaan di lembaga pendidikan saya rasa akan enggan mendukung program yang bersinggungan denga kepentingan mereka di sistem yang sudah ada saat ini.
    Tanpa dukungan penuh dari pemerintah agaknya susah program ini bisa berjalan secara efektif. Jika sistem tidak diubah para murid sudah habis waktu dulu di bangku sekolah dan les demi menambal kekurangan pelajaran wajib di sekolah dan tak akan sempat bergabung dalam wadah PUSPISEBUDI ini. Belum lagi berbicara masalah dana yang harus digelontorkan untuk program ini. Program ini jelas akan memakan dana yang amat besar mengingat wilayah Indonesia yang begitu luas dan populasi yang teramat besar untuk dijangkau para pengajar di PUSPISEBUDI.
    Selamat terus berkarya melalui tulisan-tulisannya Pak! Semoga tulisannya bisa didengar para pemegang kekuasaan ya pak hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Ilham atas respons Anda. Memang program "2M2B" dengan PUSPISEBUDI ini membutuhkan pola pikir baru. Saya tak berani 'menghakimi' terlalu dini dengan menganggap program ini tak mungkin dilaksanakan, karena akan bertentangan dengan program dan kurikulum yang ditentukan pemerintah. Pemerintah yang mana? Bukankah sebentar lagi akan berganti rezim? Kita masih bisa berharap, dan perlu berharap, bahwa kemungkinan melaksanakannya masih terbuka bila negara ini dipimpin oleh sosok yang menyadari bahwa hari depan bangsa ini ditentukan oleh mutu pendidikan yang terarah. Akitivitas PUSPISEBUDI memang mengacu kepada spesialisasi, di mana bakat/talenta sejumlah orang itu diasah sampai ketajaman yang maksimal untuk dimanfaatkan guna menjadi berkat bagi banyak orang. Gambarannya adalah seperti sebuah orkestra yang memadukan setiap pemain dengan instrumen masing-masing. Di bawah pimpinan seorang konduktor, mereka ini memainkan nada-nada dalam kesatuan yang harmonis. Setiap pemain orkestra perlu berlatih dan dilatih sampai benar-benar 'mumpuni' untuk memainkan istrumennya. Pokoknya, tidak ada tempat bagi yang hanya sekadar 'coba-coba' alias amatiran.
      Saya teringat akan kebijakan lama yang mengatakan bahwa langkah seribu kilometer itu dimulai dengan satu langkah ke depan. Jika kita tidak melangkah sekarang, lalu harus kapan lagi? Kalau bukan kita sendiri yang peduli akan hari depan bangsa, lalu siapa lagi?
      Sekali lagi terima kasih, Sdr. Ilham. Pikiran dan masukan Anda sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

      Delete
    2. Sama-sama pak, semoga rezim selanjutnya bisa lebih 'bijak' dalam membuat kebijakan dan menerapkan program ini.
      Ahh, saya bermimpi jika jabatan yang saat ini dipegang oleh Muhammad Nuh suatu hari nanti bisa diduduki oleh Yohanes Surya haha
      Meminjam sebaris lirik lagu populer Taiwan yang diterjemahkan ke Inggris -- "Let's pray and believe that tomorrow will be better" :)

      Delete
  41. Tulisan bapak sangat inspiratif. Saya setuju dengan formula "2M2B” yang seharusnya diajarkan sejak usia muda. Dan menurut saya, untuk memajukan bangsa Indonesia diperlukan banyak anak bangsa yang kreatif dan juga punya inisiatif.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Stevani. Pendidikan yang terarah sejak usia dini memang menjadi dasar bagi hari depan sebuah bangsa. Dan bangsa yang peduli pada hari depan memang merupakan bangsa yang tak sekadar produktif, tetapi juga memiliki inisiatif, kreatif, dan inovatif.

      Delete
  42. Saya membahas 2M2B ini dimulai dari membaca. Kita semua tentu tahu, di Indonesia kebiasaan membaca bisa dibilang sangat lemah, contohnya bisa dilihat dari novel-novel tertentu, atau buku-buku tertentu yang diterbitkan diluar, tetapi tidak disini. kedua menulis, jika membaca tidak ditekankan, bagaimana bisa menulis dengan baik? di bagian berpikir, orang yang sedikit membaca, cukup sulit untuk berpikir dengan baik, dan jika sulit berpikir dengan baik, bagaimana caranya bisa menghasilkan hipotesa baru dan mempelajarinya? saya melihat ini akan cenderung lebih berhasil bagi mereka orang-orang berbakat yang dikarantina dibanding orang-orang biasa. tetapi, mungkin untuk sementara tidak apa, karena mereka yang dikarantina diharapkan bisa memberi teladan disaatnya nanti. Mengenai usaha untuk mentransformasi pendidikan Indonesia, sepertinya pemerintah juga bukannya tidak tahu caranya. Bagaimanapun Indonesia ini memiliki ahli-ahli juga baik idenya sejalan ataupun beda. hal yang keseringan kurang adalah kesungguhan, melihat apa yang akan dijalankan diprogram-program tersebut, saya memprediksi bahwa mereka yang mengisi peran-peran tersebut secara efektif lebih mengarah kepada mereka tokoh-tokoh pergerakan/tokoh masyarakat yang benar-benar ingin Indonesia maju.
    Tidak sedikit orang-orang yang ingin terbang setinggi Garuda namun, tidak mau belajar untuk terbang dari awal. yang penting itu kemauan juga untuk melewati garis start, malah jangan-jangan ada juga yang sama sekali tidak niat untuk terbang setinggi garuda itu sendiri. ini BISA dilaksanakan, meski dengan usaha yang tidak gampang tentunya. Hal yang baik sebenarnya dimulai dari kepala negara. kepala negara yang baik, Seandainya mengetahui ada ide yang baik, tentu juga akan berusaha untuk mengusahakannya. Tetapi ada saja ada yang merasa ini hanya akan memakan upaya sia-sia. Setidaknya lebih baik coba ,dibanding mau terus berdiam pada tahap ini. Dalam segi vital ini, memang saya lihat Indonesia cukup tertinggal dibanding beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Dalam hal donasi saya setuju dalam beberapa hal, entah kenapa saya lebih memilih pengelolaan yang bersifat swasta dibanding pemerintah karena bagi saya memang lebih aman, karena dalam hal donasi ini, saya lebih mementingkan siapa yang mengelolanya, dibanding siapa yang menyumbangkan uangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Stefanus atas masukan Anda. Memang ide yang saya paparkan ini harus dimulai dengan tekat dan kemauan yang membaja. Dituntaskan secara keseluruhan dari akar sampai ke ujung pohon. Dipupuk, disirami, dirawat, dan disiangi secara rutin dan berkesinambungan.
      Benar, kalau ingin terbang penuh wibawa seperti garuda, haruslah tekun belajar terbang sejak muda dan tak gentar pada tantangan. Tanpa semangat garuda, mustahil kita bisa bersanding dengan negara-negara maju di dunia. Tugas besar pemimpin negara antara lain adalah memberikan inspirasi dan dorongan kepada rakyat untuk mencapai kemajuan dengan cara-cara yang inovatif.
      Tentang pembiayaan. Saya setuju bila dikelola oleh pihak swasta yang independen, yang namanya dikenal bersih. Harus ada jaminan bahwa dana dikelola dengan jujur. Kepercayaan adalah kata kuncinya. Saya percaya, jika keuangan dipegang oleh pribadi/kelompok yang jujur dan dapat dipercaya, banyak anggota masyarakat akan memberikan donasi dengan sukarela demi mencapai kemajuan bangsa.
      Sekali lagi, terima kasih atas saran dan masukan Anda.

      Delete
  43. Saya benar-benar setuju dengan metode ini. Jika tidak dimulai sejak dini, kapan lagi? Mari kita membangun generasi yang lebih baik dan berilmu!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Vanessa atas respons Anda. Saya berharap Anda dapat menjadi bagian dari generasi intelektual yang berguna bagi masyarakat luas.

      Delete
  44. Mungkin sulit untuk menerapkan sistem "2M2B" ini ke anak-anak Indonesia sekarang. Disuruh membaca buku yang menambah wawasan saja sudah malas, Pak. Lain cerita kalau membaca buku-buku bergambar, dan sebagai pelajar saya turut bersuara, hehehe.

    Mungkin karena kemajuan teknologi sekarang, anak-anak jadi malas membaca atau mungkin sekedar mengeluarkan isi pikiran mereka lewat tulisan. Anak sekarang mungkin lebih senang main game atau chatting di gadget mereka.

    Dan anak sekarang kebanyakan lebih suka membaca novel yang cinta-cintaan, Pak. Apalagi novel yang isinya seputar percintaan sekarang ini banyak sekali tersebar di toko buku.

    Dan masalah seni budaya juga, anak-anak Indonesia sekarang kurang menghargai keragaman seni yang ada di Indonesia. Mereka mungkin lebih suka budaya Barat, dan bahkan tidak sedikit dari anak sekarang yang bahkan melihat pertunjukan daerah saja sudah enggan. Ketimbang melihat pertunjukan daerah, mereka lebih senang nonton di bioskop.

    Tapi jika anak-anak Indonesia mau berusaha lebih keras lagi untuk menjadi pribadi yang berguna bagi masa depan, mungkin bangsa Indonesia bisa lebih maju lagi dari sekarang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Mudita atas respons Anda. Salah satu efek samping negatif penggunaan gadget adalah pelajar menjadi malas membaca buku dan menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Jadi harus ada peran orang tua atau guru di dalam pengendalian penggunaan gadget. Beberapa sekolah di Jakarta melarang penggunaan gadget atau smartphone di sekolah.
      Sedangkan masalah kecintaan terhadap seni budaya bangsa sendiri, misalnya, dapat digalakkan lewat pelajaran seni dan ekskul yang dipimpin oleh orang yang mumpuni di bidangnya.
      Hal ini semua membutuhkan kerja sama yang baik antara siswa, orang tua siswa, dan pihak sekolah. Pendidikan di rumah harus sinkron dengan pendidikan di sekolah.

      Delete
  45. Semoga program ini tidak hanya terwujud, tetapi semangatnya juga hidup di bangsa kita.:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Florianti atas respons Anda. Dan kiranya semangat itu boleh menebarkan aroma harum bunga seperti yang tersirat pada nama Anda. Titip salam untuk teman-teman di kampus UI.

      Delete
  46. Sembari membaca tulisan Pak Budi, terbesit dan terasa sudah bayang-bayang keindahan, kedamaian, keteraturan, kelimpahan, dan sukacita yang ada. Semoga kita sedang bersama-sama menjalani proses tersebut ya, Pak. Ciptaan Tuhan tak habis-habisnya untuk dipertanyakan, dipelajari, diduga, diketahui, dinikmati, dan dipelihara.

    Pak Budi, PUSPISEBUDI (Pusat Pembekalan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Budaya Indonesia) itu adalah ide dari Bapak ya? Komunitas akan suatu bidang atau hal memang wajib ada untuk keberadaannya sekarang dan meneruskan dari generasi ke generasi sampai akhirnya.

    Ayo lakukan 2M2B..Membaca..Menulis..Berpikir..dan Belajar tuk menggapai asa!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Marcha atas responsnya. Ya, sebagai orang beriman kita percaya bahwa setiap insan itu diberi mandat budaya untuk mengelola dan memelihara setiap anugerah sebaik-baiknya. Ide yang saya paparkan adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Sekali lagi terima kasih.

      Delete
  47. Saya setuju dengan 2M2B. Program ini membuat murid murid tidak malas untuk berpikir. Murid-murid mendapatkan pengetahuan yang lebih luas denganbanyak membaca, menulis, berpikir, dan belajar.
    PUSPISEBUDI juga tak kalah penting dengan 2M2B, karena di zaman ini generasi muda sudah tak mengenal budaya Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Valerie atas respons Anda. Mudah-mudahan apa yang saya tuliskan di sini dapat menjadi semacam pemberi/penyulut semangat bagi generasi muda Indonesia untuk menggapai hari depan yang lebih baik, dan menjadi bangsa yang bermartabat di tengah pergaulan internasional.

      Delete
  48. Saya sangat setuju bahwa sedari kecil tangan-tangan manusia indonesia harus dibebaskan menuangkan segala imajinasi yang berada di dalam pikiran dan hati mereka. Dengan menulis, pikiran akan lebih sistematis dan juga relax.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Priscilla atas respons Anda. Memang pendidikan yang terarah dengan fokus yang benar itu harus dimulai sejak usia dini. Pikiran yang sudah terlatih baik akan memberikan hasil yang maksimal.

      Delete
  49. Kapan PUSPISEBUDI (Pusat Pembekalan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Budaya Indonesia) dapat kami lihat sebagai wujud konkret, Pak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Sdr. Priscilla atas antusiasme Anda. Kapannya itu bergantung pada persetujuan pemerintah yang bekerja sama dengan pihak swasta.

      Delete
  50. Mungkin sudah banyak orang Indonesia yang lupa dengan hal sederhana yang dibahas dalam tulisan ini. Kiranya "PUSPISEBUDI" ini dapat terwujud dengan resep "2M2B" yang sudah dipikirkan penulis. Sehingga Indonesia dapat menjadi yang kita dambakan yaitu "duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan negara-negara lainnya yang sudah maju".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kiranya harapan Anda - yang notabene juga harapan kita semua - untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan negara- negara maju bisa menjadi kenyataan. Segera.

      Delete