Friday, February 7, 2014

Menggapai Asa dengan "2M2B"



Menggapai Asa dengan ”2M2B”
Oleh Budianto Sutrisno

         Tak pelak lagi, apresiasi masyarakat terhadap karya tulis atau buku sudah menjadi ciri budaya sebuah bangsa yang mendambakan kemajuan di segala bidang kehidupan. Mulai dari ekonomi, keuangan, ilmu pengetahuan, sastra, seni, olahraga, politik, dan lain sebagainya. Boleh dikatakan tak ada bidang yang tak disentuh oleh buku – termasuk buku elektronik (e-book) yang tersebar di berbagai situs internet.
         Kemajuan bangsa yang menolok itu dicapai melalui apa yang penulis sebut sebagai formula ”2M2B”, yakni Membaca, Menulis, Berpikir, dan Belajar. Dari mana mulainya? Dari setiap diri kita masing-masing. Sebelum kita menuntut orang lain untuk belajar dan meningkatkan kemampuan serta prestasi, kita harus menuntut diri kita sendiri terlebih dahulu. Menuntut diri untuk belajar, agar hari ini lebih baik daripada kemarin, dan esok lebih baik ketimbang hari ini.
Memupuk kegemaran membaca sejak usia muda.
      Formula ”2M2B” ini perlu kita perkenalkan dan akrabkan kepada masyarakat Indonesia  sejak usia memasuki sekolah dasar. Pelajaran membaca dan menulis perlu digalakkan. Siswa perlu diberi pelatihan bagaimana menuangkan dan mengem-bangkan ide-ide kreatif ke dalam tulisan. Mata pelajaran ’Mengarang’ perlu dihidupkan dan digalakkan kembali.

Sosok panutan
         Ketika masih kanak-kanak, sewaktu ditanya tentang cita-cita yang kita idamkan, muncullah stereotipe jawaban seperti: ”Saya ingin menjadi dokter”, ”Saya ingin menjadi insinyur”, atau ”Saya ingin menjadi ahli komputer”, dan seterusnya.
         Jabatan seperti dokter, insinyur, dan ahli komputer di atas menandakan jabatan tersebut sangat populer pada rentang waktu pertanyaan diajukan. Atau, setidaknya, jabatan tersebut merupakan jabatan bergengsi yang mudah diingat dalam benak seorang anak yang membutuhkan sosok panutan. Karena, bagaimanapun majunya teknologi dan ilmu pengetahuan sebuah bangsa, tetap dibutuhkan sosok yang bisa memberikan suri teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sosok panutan. Kurangnya sosok atau tokoh yang bisa memberikan suri teladan inilah yang menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya kemerosotan moral dan etos kerja  pada sebuah bangsa.
        Jujur saja, bangsa Indonesia selama beberapa dasawarsa terakhir ini, kurang atau bahkan tidak memiliki tokoh yang bisa menjadi panutan secara substansial. Yang dibentangkan di hadapan publik justru hal-hal yang mendatangkan aib bagi bangsa. Korupsi, misalnya, sudah bukan berita yang asing lagi. Yang menyedihkan, sebagian besar pelakunya adalah para petinggi yang seharusnya memberikan suri teladan kepada masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, jika ada segelintir tokoh yang jujur dan cakap bekerja, justru dipojokkan dan disingkirkan. Kalau hal seperti ini berlanjut terus-menerus dari generasi ke generasi, bukan tak mungkin, negara kita tercinta ini bisa menjadi negara preman tanpa hari depan.
           Sementara, kurangnya akses terhadap informasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat 
Menstimulasi semangat belajar dengan alat peraga.
masyarakat memiliki rentang pandang yang relatif sempit terhadap jenis dan ragam profesi atau pekerjaan. Jarang sekali, kalau tidak bisa dikatakan tak ada, anak yang menyebutkan cita-citanya dengan kata-kata, seperti: ”Saya ingin jadi sastrawan”, ”Saya pengin jadi pelukis”, atau ”Saya kelak ingin jadi pakar kuliner”.
         Jabatan-jabatan yang penulis sebutkan di atas, oleh sementara kalangan dianggap kurang bergengsi dan kurang menjanjikan. Sudah barang tentu, anggapan seperti ini salah total. Jabatan atau profesi apa pun (yang halal), jika ditekuni dengan sungguh-sungguh, akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat luas. Sempitnya pandangan seperti ini bisa dicegah apabila tersedia buku-buku yang memberikan berbagai informasi tentang imu pengetahuan dan jenis profesi dalam jumlah yang cukup. Ketersediaan buku-buku ini baru dimungkinkan apabila kita memiliki tenaga penulis yang handal dalam jumlah relatif banyak. Dan ketersediaan para penulis ini dimungkinkan bila sejak usia dini para pelajar Indonesia sudah dibiasakan dengan mata pelajaran ’Mengarang’. Di samping itu, harga buku-buku tersebut harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dan menarik minat baca para generasi muda penerus bangsa.

Integrasi pengetahuan, seni, dan budaya
         Untuk mewujudkan formula ”2M2B” diperlukan upaya mengintegrasikan berbagai ragam pengetahuan, seni, dan budaya. Idealnya, kita memiliki sebuah wadah untuk mengintegrasikan berbagai ilmu pengetahuan melalui penyediaan buku-buku dan berbagai film di perpustakaan, penyelenggaraan seminar, tempat
pelatihan dan pergelaran berbagai macam seni serta museum. Wadah ini nantinya akan dikenal dengan sebutan PUSPISEBUDI (Pusat Pembekalan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Budaya Indonesia).
         Tempat paripurna ini harus dikelola oleh orang-orang yang mumpuni dan profesional di bidangnya. Pemilihan personel untuk mengelola segenap aktivitas pengintegrasian ini sangatlah penting. Melalui kegiatan semacam inilah sebenarnya karakter bangsa ikut dibentuk, sehingga kaum remaja dan pemuda menjadi insan yang dilengkapi bukan saja dengan pengetahuan kognitif, tetapi juga dengan seni dan budaya yang baik. Semangat dan energi yang bergejolak dalam diri para pemuda Indonesia bisa memperoleh wadah yang tepat. Eksistensi mereka dapat lebih dihargai, terutama melalui kegiatan riset yang intensif. Mereka ini dipicu dan dipacu untuk menjadi generasi yang inovatif, bukan konsumtif. Pendalaman akan seni dan budaya Indonesia akan memupuk kecintaan mereka akan tanah air Indonesia, sehingga mereka mampu menghargai warisan
Belajar mencintai seni dan budaya sendiri.
budaya bangsa sendiri di tengah pengaruh budaya asing yang semakin marak.

         Kegiatan utama PUSPISEBUDI itu berupa pembinaan para remaja dan pemuda Indonesia dalam ”2M2B” yang mencakup berbagai karya ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Indonesia, serta mengkajinya secara mendalam. Untuk itu, sudah barang tentu, perlu dibangun ruang pamer hasil karya bermutu bangsa sendiri. Oleh karenanya, diperlukan para pengajar/tutor yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, serta bersedia mendedikasikan dirinya untuk melatih dan membina para remaja serta kawula muda Indonesia demi kemajuan bangsa.
         Masih ditambah lagi dengan fasilitas laboratorium fisika, matematika, kimia, biologi, dan bahasa. Studio untuk seni musik, seni tari, seni suara, dan berbagai ragam seni rupa. Plus gedung pertunjukan serta pameran yang berkelas dunia, baik dari segi desain, akustik, dan daya tampung pengunjung/penonton. 
         Diperlukan pula sebuah perpustakaan akbar yang mampu menampung aneka ragam buku penunjang 
Koleksi buku lengkap di sebuah perpustakaan.
yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Melalui perpustakaan dan kelas-kelas bimbingan, generasi muda Indonesia dapat dipersiapkan sebagai generasi penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan zaman.
         Wadah integrasi  menjadi semakin lengkap dengan adanya museum, di mana para kawula muda bisa belajar dari temuan serta hasil karya di masa lalu. Dari apa yang dilihat di situ, bukan tak mungkin para pengunjung bisa terinspirasi untuk berkarya lebih baik lagi. 
         Program PUSPISEBUDI ini membutuhkan orang-orang yang mampu bertugas sebagai pencari bakat generasi muda di seluruh wilayah Indonesia. Sekurangnya, setiap provinsi akan diwakili oleh sepuluh remaja  atau pemuda berbakat untuk dikarantina dan digembleng. Untuk itu diperlukan sebuah asrama yang memadai
Berlatih melakukan penelitian dengan tekun.
guna menampung ratusan pemuda berbakat. Setelah melewati tahap tertentu, mereka bisa kembali ke daerah masing-masing untuk memotivasi dan memberikan teladan kepada generasi muda lainnya. Dengan demikian, semakin hari akan semakin banyak remaja serta pemuda Indonesia disiapkan sebagai suatu generasi mandiri yang sanggup mengimplementasikan apa yang dipelajarinya bagi kemaslahatan masyarakat luas.


Kerja sama dengan berbagai pihak
        Untuk melaksanakan program prestisius ini, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Kerja sama bisa digalang dengan berbagai universitas, institusi pendidikan, perusahaan swasta, dan sangar-sanggar seni yang tersebar di seluruh nusantara. Perlu pula menggandeng tangan para pakar seperti Yohanes Surya (fisika), B.J. Habibie (iptek), Sangkot Marzuki (biologi molekuler), Avip Priyatna (musik), N. Riantiarno (teater), Sapardi Djoko Damono (sastra), Nyoman Nuarta (patung), Nungki Kusumastuti (tari), William Wongso (tata boga), dan berbagai ahli serta seniman lainnya. Para pakar ini di samping bertindak selaku pendidik dan pelatih para generasi muda yang berbakat di bidang masing-masing, sekaligus juga menjadi sosok panutan. 
       Dana dalam jumlah besar pasti dibutuhkan. Pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud, bisa bekerja sama dengan berbagai pihak swasta dan BUMN yang tergerak hatinya untuk memberikan donasi. Setiap bentuk donasi dikelola dengan baik, transparan, bertanggung jawab, dan diaudit oleh pihak independen. Pengelolaan profesional seperti ini merupakan persyaratan mutlak yang tak bisa ditawar lagi.

Mewujudkan mimpi 
        Mungkin hal-hal yang penulis kemukakan di sini masih dianggap sebagai mimpi kosong bagi sementara kalangan. Akan tetapi penulis percaya, jika kita berniat untuk melakukannya secara bersungguh-sungguh dengan semangat memajukan bangsa, niscaya impian ini akan menjadi kenyataan. Bukankah banyak hal besar itu dimulai dengan mimpi yang pernah dianggap mustahil untuk menjadi kenyataan? Pencapaian prestasi manusia mendarat di bulan, misalnya, merupakan contoh nyata betapa mimpi itu bisa diwujudkan sebagai kenyataan yang membanggakan. 
      Apabila program PUSPISEBUDI ini sudah terlaksana, penulis yakin bahwa Indonesia akan mampu menumbuhkan sebuah generasi yang bukan saja cerdas secara kognitif, melainkan juga cerdas secara karakter, dan siap berkarya nyata secara inovatif. Program ini akan menjadi semacam kawah Candradimuka untuk menggodok generasi muda Indonesia agar mampu duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain dari sejumlah negara maju. Dan sudah barang tentu, aktivitas ini mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat tinggi di tengah era globalisasi yang semakin memberi kita 
tantangan untuk terus melangkah maju. Menuju hari depan yang lebih baik. Menuju Indonesia Jaya yang sudah lama didambakan.
          Menurut hemat penulis, mewujudkan keberadaan PUSPISEBUDI dengan asas inti ”2M2B” ini tidak lebih kompleks ketimbang upaya mendaratkan manusia ke bulan. Yang kita butuhkan adalah kesadaran akan pentingnya kemajuan bangsa di hari depan. Kesadaran ini kemudian diikuti dengan kemauan untuk bekerja sama guna menggapai asa dan mewujudkan mimpi kita. Jika kita fokus dan berkomitmen pada tujuan yang akan kita capai, mimpi niscaya menjadi kenyataan dan asa pun tergapai.
       Jika bangsa lain bisa, mengapa kita tidak? Kita gapai hari depan Indonesia dengan melaksanakan strategi "2M2B" lewat kerja sama yang baik.Nah, tunggu apa lagi? Potensi sudah tersedia, mengapa kita tak bergegas melaksanakannya?
***

Apa dan Siapa Dino Patti Djalal



Apa dan Siapa Dino Patti Djalal
Oleh Budianto Sutrisno


            Dino Patti Djalal. Namanya mulai banyak dikenal masyarakat sejak sosok ini menjabat Staf Khusus Urusan Internasional dan Juru Bicara Presiden SBY pada Oktober 2004, yang kemudian diperpanjang sampai periode kedua jabatan Presiden SBY. Anak kedua dari tiga bersaudara ini lahir di Beograd, Yugoslavia, pada 10 September 1965. Ayahnya, Prof. Hasjim Djalal, pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk PBB, Kanada, dan Jerman. Karenanya, tidaklah mengherankan bila sosok yang akrab dipanggil Dino ini sudah akrab pula dengan ’aroma’ diplomatik dan masalah hukum internasional sejak usia muda. Dalam dirinya mengalir ’darah’ diplomasi, hukum, dan ekonomi yang sangat kental.

Latar belakang pendidikan
            Dino boleh dibilang mengenyam pendidikan yang sangat lengkap. Semasa kecilnya, Dino bersekolah di SD Muhammadiyah dan SMP Al Azhar Tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan tingkat SMA di McLean High School di Virginia, Amerika Serikat. Pemuda yang dikenal rajin dan ulet ini kemudian melanjutkan studinya di dua universitas di Kanada. Gelar S-1-nya di bidang Political Science berhasil dikantunginya dari Carleton University. Dan kemudian diraihnya pula gelar Master di bidang yang sama dari Simon University.
            Rupanya keilmuan di bidang politik dari Kanada itu saja belum cukup bagi Dino yang memiliki cita-cita sangat tinggi. Studi dilanjutkan terus, sehingga ia meraih gelar doktor di bidang hubungan 
Tempat Dino Patti Djalal meraih gelar doktor.
internasional dari London School of Economics and Political Science, London pada tahun 2000. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Sejak muda, Dino tahu harus ke mana ia menuju. Apalagi ia memiliki semangat nasionalisme yang sangat tinggi. Ia ingin mendarmabaktikan ilmunya untuk kepentingan bangsa Indonesia.
            Karier politik Dino mulai berkembang ketika ia bergabung dengan Departemen Luar Negeri pada tahun 1987. Ia memulai tugas pertamanya dengan menjabat sebagai Asisten Direktur Jenderal Urusan Politik, Wiryono Sastrohandoyo. Pada masa itu ia dilibatkan dalam penanganan masalah konflik di Kamboja, konflik pemberontakan Moro di Filipina, sengketa Laut Cina Selatan, dan konflik di Timor Timur. Dino pernah ditugasi di London, Dili, dan Washington D.C. Semuanya ini merupakan bekal yang sangat berharga bagi dirinya untuk menjadi seorang negarawan yang kenyang makan asam-garam dalam kehidupan berpolitik dan penggalangan hubungan internasional.

Beberapa prestasi penting
            Nama Dino Patti Djalal semakin berkibar dalam skala internasional ketika ia terlibat dalam Dialog Keamanan Amerika Serikat - Indonesia – sebuah konsultasi bilateral tahunan tentang pertahanan dan keamanan. Hal ini berlangsung terus sampai sekarang. Dialog dimulai 4 tahun sebelum hubungan militer antara Indonesia dan Amerika Serikat menjadi normal kembali pada tahun 2005.
            Dino juga menjadi tokoh di balik perundingan Forestry-11 (F-11) yang membahas tentang hutan tropis yang dimiliki oleh sejumlah negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Kegiatan ini dimulai pada tahun 2007, dan merupakan kegiatan yang sangat penting mengingat pengaruh dari emisi karbon yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Hutan tropis merupakan kawasan hijau yang bermanfaat untuk mencegah dan mengurangi dampak pemanasan global.
            Dino juga merupakan salah satu dari arsitek yang membidani lahirnya Dialog Global Inter-Media, sebuah kegiatan yang mengedepankan kebebasan pers, toleransi agama dan budaya, yang dimotori oleh 
Peresmian acara Dialog Global Inter-Media di Bali.
 Indonesia - Norwegia. Kegiatan ini dilaksanakan di Bali pada 2 September 2006. Dialog ini diikuti banyak wartawan dari berbagai negara, baik dari Barat maupun negara-negara Islam. Semuanya berjalan dengan baik, tanpa intervensi dari pihak mana pun juga.
         Di samping itu, Dino pernah melakukan tugas sebagai seorang diplomat Indonesia yang bertanggung jawab atas persiapan pertemuan akbar G-8 di Hokaido, Jepang, pada tahun 2008. Dan masih banyak lagi prestasi lainnya yang diraih oleh diplomat yang kaya pengalaman ini.
            Pada tahun 2010, Dr. Dino Patti Djalal ditunjuk sebagai duta besar Indonesia yang berkuasa penuh untuk Amerika Serikat. Dino berkantor di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C. – 
Pelantikan Dino sebagai dubes untuk Amerika Serikat.
gedung di mana ia  pernah bekerja sebagai pembersih ruangan dan pencuci piring di tahun 1980. Sebuah karier puncak yang dimulai dari bawah sekali. Pribadi seperti inilah yang memiliki keuletan, ketabahan, dan kematangan jiwa dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan. Pantang menyerah di dalam menghadapi situasi dan tantangan hidup sesulit apa pun dan di medan pelayanan yang bagaimanapun.

Kegiatan di kalangan pemuda
            Selain berkecimpung dalam dunia diplomasi, Dino juga berkiprah dalam kegiatan anak muda. Dia sadar bahwa hari depan bangsa ini terletak di tangan para pemuda yang sebagian besar sekarang ini masih menimba ilmu di berbagai sekolah dan perguruan tinggi. Ia juga berkeinginan untuk membagi ilmunya kepada kaum muda. Sebuah cita-cita yang mulia, bukan?
            Itu sebabnya Dino sangat antusias untuk menjadi penggagas sekaligus konseptor berdirinya sebuah gerakan yang disebut Generasi-21.
Pidato pembukaan program Generasi-21 di Washington D.C.
             Melalui gerakan ini, Dino bermaksud untuk membangunkan dan mengembangkan jati diri para kawula muda di tengah tantangan zaman. Para pemuda yang hidup sebagai generasi pertama di abad ke-21 pastilah memerlukan kiat dan keterampilan tersendiri agar bisa berprestasi secara menolok di tengah pergaulan internasional. Aktivitas gerakan ini mengerucut pada terselenggaranya  program acara televisi bertajuk ”Generation 21: Asia Pacific Young Leaders Dialogue” yang melibatkan 60 pemimpin muda dari 16 negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Myanmar.
            Acara yang menarik ini menyajikan perdebatan yang terkait dengan tantangan zaman yang semakin marak di abad ke-21 dan sekaligus menawarkan segala kemungkinan solusinya. Para pemimpin muda ini antara lain membahas tentang peta geopolitik, krisis keuangan, globalisasi, konflik-konflik yang terjadi di sejumlah negara maupun regional, pendidikan, teknologi, perubahan iklim, dan kewiraswastaan.
            Acara diskusi dan perdebatan yang berlangsung selama 6 jam ini, akhirnya diringkas menjadi sebuah program televisi yang berdurasi 90 menit. Sejumlah pemimpin negara juga ikut berpartisipasi dalam acara 
Upacara pembukaan Dialog Global Inter-Media di Bali.
tersebut. Peran mereka ini adalah sebagai pendorong atau pemberi inspirasi bagi kaum muda. Mereka ini ada yang hadir langsung di studio, ada pula yang melalui video. Yang ikut berpartisipasi antara lain: Presiden Barack Obama dari Amerika Serikat, Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan, pemenang hadiah Nobel Muhammad Yunus, dan Tony Fernandez. Sementara itu, Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden Budiono. Perhelatan akbar ini ditayangkan oleh stasiun SCTV pada bulan November 2009.
            Bukan hanya itu! Sejak tahun 2008 Dino Patti Djalal mendirikan apa yang disebut sebagai ”Forum Pemimpin Inovatif”. Wadah ini berfungsi untuk mempromosikan kepemimpinan inovatif dari semua sektor di kalangan masyarakat Indonesia, terutama kaum muda. Kegiatan forum ini antara lain mencakup penyelenggaraan serangkaian seminar yang mengedepankan kepemimpinan para pemuda di bidang: pemerintahan daerah, pendidikan, kesehatan, pemeliharaan perdamaian, kewiraswastaan, kehidupan muslim moderat, dan perubahan iklim.
            Dino Patti Djalal juga sering muncul di sejumlah program radio dan beragam aktivitas di berbagai kampus di Jawa serta Sumatra. Dalam acara ini, Dino menekankan pentingnya kehidupan masyarakat 
Diantar ojek untuk berdiskusi di kampus.
 pluralistik dan persiapan bangsa Indonesia menjadi bagian dari masyarakat internasional yang bermartabat. Tema pidatonya dalam acara ini mengetengahkan betapa kaum muda perlu berpikir jernih untuk kepentingan bangsa, meninggalkan dogma-dogma kaku yang cenderung mengakibatkan terjadinya perpecahan bangsa.
            Pada acara tersebut Dino mengungkapkan bahwa kunci sukses Indonesia itu terletak pada pengembangan pola pikir positif yang digerakkan oleh kesempatan, bukan oleh rasa takut, seperti rasa takut terhadap sesuatu yang bersifat asing (xenophobia). Menurutnya, gerakan seperti radikalisme dan ultra-nasionalisme itu sama jahat dan destruktifnya dengan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menggerogoti generasi tahun 1980-an.
            Dino pulalah yang memperkenalkan slogan ”Remarkable Indonesia” (”Indonesia Luar Biasa”) untuk kampanya hubungan masyarakat dalam skala internasional. Film yang mengetengahkan semangat ”Remarkable Indonesia” ini ditayangkan di CNN, CNBC, Al Jazeera, BBC, dan sejumlah stasiun televisi internasional lainnya.

Keharmonisan dalam keluarga
            Kesuksesan yang diraih oleh Dr. Dino Patti Jalal tak terlepas dari keharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya. Istrinya, Rosa Raj Djalal, berprofesi sebagai seorang dokter gigi. Dari hasil pernikahannya
Dino bersama dengan istri dan putra-putri tercinta.
dengan Rosa, Dino dikaruniai 3 orang anak, masing-masing bernama Alexa, Keanu, dan Chloe. Dukungan pihak keluarga sangat besar artinya bagi Dino untuk menjalankan tugasnya yang beragam dan tidak ringan.
         Salah satu hobi Dino adalah berlari. Olahraga yang murah meriah, yang dilakukan di pagi hari. ”Di mana pun saya berada, saya selalu membawa sepatu lari. Sewaktu saya menjabat sebagai Dubes dulu, sering kali saya lari dari rumah saya ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang berjarak sekitar kurang lebih enam kilometer. Terkadang saya juga mengajak staf saya untuk ikutan berlari,” ujar Dino.
            Tubuh yang bugar sangat diperlukan untuk mendukung berbagai macam aktivitasnya yang seolah tak pernah berhenti mengalir. Belum seminggu tiba di tanah air setelah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai duta besar, Dino sudah mengikuti kegiatan berlari bersama komunitas Indorunners.
            Dino juga seorang penggemar minum kopi. Salah seorang sahabatnya, Priyo Pujiwasono, sempat diajaknya minum kopi berdua sambil berbincang-bincang ketika ia bertugas di Amerika Serikat. ” Saya ingat, suatu hari di bulan Ramadhan 3 tahun lalu, tiba-tiba saya ditelepon oleh Pak Dino, diajak untuk ngobrol sambil minum kopi setelah buka puasa. Saya kaget juga seorang Duta Besar mengajak minum kopi berdua. Dalam pertemuan itu, kami berbicara mengenai berbagai hal. Pak Dino mengakui belum sempat untuk melakukan pendekatan dengan baik kepada masyarakat karena masih beradaptasi dengan tugas baru, tapi beliau berjanji untuk makin dekat dengan masyarakat Indonesia,” ujar Priyo yang dikutip dalam sebuah situs internet. Hal ini menunjukkan bahwa Dino adalah seorang pemimpin yang mau mendengar masukan dari berbagai kalangan.
            Bahkan, ketika Jakarta dilanda banjir belum lama ini, Dino bersama istri menyempatkan diri untuk 
Meringankan beban korban banjir di Jakarta.
memberikan bantuan kepada masyarakat yang tengah menderita. Dari sini tampak bahwa Dino adalah sosok yang menaruh simpati dan empati terhadap masyarakat kecil, terlepas dari tuduhan bahwa ini hanyalah sekadar upaya pencitraan diri.

Konvensi calon presiden
            Kegiatan Dino terbaru adalah mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Mulanya ia merasa bimbang untuk menerima tawaran menjadi salah seorang peserta konvensi ini dari Presiden SBY. Bahkan, istrinya sendiri sempat tidak menyetujui pencalonannya. Akan tetapi, atas dorongan putranya, Keanu (7 tahun), Dino membulatkan diri untuk menjadi peserta konvensi calon presiden.
            Untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan pribadi, Dino meletakkan jabatannya sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat. ”Saya maju karena dorongan anak untuk berbuat baik. Karena itu saya tidak akan berbuat tidak baik untuk menang dalam konvensi,” tegasnya.
            Pernyataan ini mungkin merupakan sebuah tekat bulat seorang Dino di tengah maraknya pemberitaan keterlibatan sejumlah tokoh Partai Demokrat dalam skandal korupsi. Dia hendak membuktikan bahwa tidak semua pemimpin itu memiliki niat untuk menumpuk harta dengan cara korupsi.
            Dalam kaitan dengan masalah konvensi calon presiden ini, Dino dengan rendah hati berkomunikasi dengan Jokowi yang santer dibicarakan bakal menjadi kandidat presiden dalam Pemilu tahun 2014 ini. 

Di sebuah pertemuan seusai sholat Jumat bersama, dengan rendah hati Dino berujar, ”Kita saling berdiskusi bagaimana cara berpolitik yang baik dan bersih. Bagaimana bisa bersambung rasa dengan rakyat, bagaimana bisa melayani rakyat.” Dino juga menyatakan bahwa ia ingin belajar dari Jokowi yang sudah dikenal luas sampai ke luar negeri.
            Upaya keras Dino untuk menggapai cita-citanya itu patut kita hargai. Karena cita-citanya yang luhur itu adalah untuk mencapai Indonesia Jaya. Jiwanya dipenuhi dengan rasa cinta yang mendalam kepada bangsa dan negara Indonesia. Apakah ia akan berhasil muncul sebagai calon presiden? Biarlah sejarah yang akan membuktikannya. Nanti.


***

Sumber:
-          http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2006/09/02/991.html