Sunday, December 20, 2015

Kala Cacing Hendak Bekuk Rajawali

Salah satu hal yang cukup sulit dilakukan dalam hidup ini adalah mengaku bersalah 
dan meminta maaf secara tulus. Harga diri sering menjadi batu penghalang, sehingga setelah melakukan kesalahan, manusia justru bisa semakin garang dan merasa pihak lain yang bersalah. 
Peristiwa Gubernur DKI Ahok dituntut oleh Yusri Isnaeni telah menginspirasi saya 
untuk menuliskan puisi berikut ini.


Kala Cacing Hendak Bekuk Rajawali
Oleh Budianto Sutrisno

 

Entah sudah salah minum obat apa
cacing betina itu tiba-tiba saja berubah garang
tubuhnya bergetar, menggeliat ke sini-sana
wajahnya merah padam, matanya melotot
mulutnya memuntahkan amarah dan sumpah serapah
gara-gara kepak sayap dan pekik rajawali
telah melukai diri dan keturunannya
mengganggu kenyamanan hidup keluarganya
dirinya merasa terhina
hak asasi cacingnya sudah terampas dan terempas
protes kerasnya mendapat dukungan
sejumlah kerabat dan pasukan cacing membela mati-matian
cacing tuntut rajawali ganti rugi
sejuta hektar tanah subur
agar bisa hidup makmur tujuh ribu turunan
dan rajawali harus dijebloskan ke dalam bui
sekalipun cacing juga mesti punya harga diri

Walau beribu sesama cacing sudah menasihati
agar cacing betina menarik diri
cacing makin nekat untuk bekuk rajawali
yang dikira empuk seperti roti

Rajawali memekik-mekik di angkasa tertawa geli
mempersilakan cacing lakukan tuntutan
sambil mengingatkan risiko hukuman
karena cacing sudah merambah
ranah rajawali berburu mangsa

Cacing… cacing…
kau tak pernah sadar
kalau dirimu tak pintar dan tak bijaksana
cacing… cacing…
kodratmu itu jadi cacing, bukan Gatotkaca


***


No comments:

Post a Comment