Setiap pemimpin itu ditentukan oleh Tuhan. Kuasanya pun berasal dari Dia.
Tak ada seorang pun bisa melawan takdir yang sudah ditentukan-Nya.
Puisi ini dibuat berdasarkan pengertian dan pemahaman tersebut.
Puisi ini dibuat berdasarkan pengertian dan pemahaman tersebut.
Air
Mata Langit
Oleh Budianto Sutrisno
Candrasengkala memaparkan Panditha Suci Manjing Raja
waktu memberikan simbol
manusia bebal gagal memaknainya
buta meraba-raba siapa bakal pemimpin
barunya
si tegar tengkuk membungkuk-bungkuk
pada Durna dan Dasamuka
yang janjikan nikmat harta, takhta,
dan wanita
langit pun meratap sesenggukan
sedih karena kebenaran tercampak
dan terinjak
pedih karena keadilan dijadikan
cerana dahak
adipati jemawa digadang-gadang jadi
raja
pemimpin sejati dilempari fitnah
keji
Tapi candrasengkala tak ’kan
berdusta
yang bahagia adalah yang mampu
membaca tanda
diiringi cucuran air mata langit
bukan sebagai tanda dukacita,
melainkan sukacita
karena kabar akbar beritakan
insan benar telah jadi pemimpin
bangsa
mengemban amanah untuk ciptakan
tenteram sejahtera
di seantero Nusantara
Dirus air mata langit makin
menderas
menumbuhsuburkan semangat rakyat di
bumi pertiwi
bahu-membahu mewujudkan asa
membasuh dan menyembuhkan luka-luka
lama
di suryasengkala 2014 ini
dan seterusnya
sampai selamanya
***
Keterangan:
-
Candrasengkala: Simbol angka tahun dalam
kalender Jawa (berdasarkan peredaran bulan) yang digambarkan dengan kata-kata,
gambar, atau benda. Simbol angka ini
dibaca secara terbalik, yang di belakang dibaca terlebih dahulu. Tahun 2014 ini
adalah tahun 1947 dalam kalender Jawa.
-
Panditha
Suci Manjing Raja: Orang yang hidup bersih terbuka
jalannya menjadi pemimpin.
-
Suryasengkala: Kalender berdasarkan
peredaran matahari, mengacu kepada tarikh Masehi.
No comments:
Post a Comment