Friday, July 18, 2014

Persembahan Puisi untuk Presiden yang Sudah Ditakdirkan

Setiap pemimpin itu ditentukan oleh Tuhan. Kuasanya pun berasal dari Dia. 
Tak ada seorang pun bisa melawan takdir yang sudah ditentukan-Nya.
Puisi ini dibuat berdasarkan pengertian dan pemahaman tersebut.



Air Mata Langit
Oleh Budianto Sutrisno


Candrasengkala memaparkan Panditha Suci Manjing Raja
waktu memberikan simbol
manusia bebal gagal memaknainya
buta meraba-raba siapa bakal pemimpin barunya
si tegar tengkuk membungkuk-bungkuk
pada Durna dan Dasamuka
yang janjikan nikmat harta, takhta, dan wanita
langit pun meratap sesenggukan
sedih karena kebenaran tercampak dan terinjak
pedih karena keadilan dijadikan cerana dahak
adipati jemawa digadang-gadang jadi raja
pemimpin sejati dilempari fitnah keji

Tapi candrasengkala tak ’kan berdusta
yang bahagia adalah yang mampu membaca tanda
diiringi cucuran air mata langit
bukan sebagai tanda dukacita, melainkan sukacita
karena kabar akbar beritakan
insan benar telah jadi pemimpin bangsa
mengemban amanah untuk ciptakan tenteram sejahtera
di seantero Nusantara

Dirus air mata langit makin menderas
menumbuhsuburkan semangat rakyat di bumi pertiwi
bahu-membahu mewujudkan asa
membasuh dan menyembuhkan luka-luka lama
di suryasengkala 2014 ini
dan seterusnya
sampai selamanya

***

Keterangan:
-          Candrasengkala: Simbol angka tahun dalam kalender Jawa (berdasarkan peredaran bulan) yang digambarkan dengan kata-kata, gambar, atau benda.  Simbol angka ini dibaca secara terbalik, yang di belakang dibaca terlebih dahulu. Tahun 2014 ini adalah tahun 1947 dalam kalender Jawa.
-          Panditha Suci Manjing Raja: Orang yang hidup bersih terbuka jalannya menjadi pemimpin.
-          Suryasengkala: Kalender berdasarkan peredaran matahari, mengacu kepada tarikh Masehi.









No comments:

Post a Comment