Berbagai karut-marut yang terjadi dalam Pemilu Capres/Cawapres 2014
telah menggerakkan hati saya untuk menuliskan sebuah puisi yang
berlatar belakang sejarah yang terjadi di Tanah Jawa
5 abad yang lampau.
Arya Penangsang,
Sang Pemberang
Oleh Budianto Sutrisno
Inilah nukilan kisah
tertulis di Babad Tanah Jawi
syahdan, Arya Penangsang, bupatiJipang Panolan
sosok mahir beladiri dan kanuragan, sakti mandraguna
berotot kawat, bertulang besi mirip Gatotkaca
tapi emosinya labil, tabiatnya penuh jemawa
gampang naik darah dan jadi pemberang
merasa diri tanpa tanding, tanpa saing
penuh hasrat dan syahwat kuasa mencaplok Pajang
Meski sudah dinasihati
Penangsang semakin berhasrat menjadi orang nomor satu
dipacu dan dipicu dendam, akar pahit, dan sakit hati
apalagi kala ditantang anak muda, Sutawijaya
yang tak berpengalaman di medan laga
harga dirinya terhina oleh bocah kemarin sore
Sutawijaya menunggang kuda betina di seberang bengawan
Arya Penangsang memacu kuda hitam perkasa, Gagak Rimang
menyeberang bengawan, mengejar lawan
jadilah dua lelaki di atas kuda saling berhadapan
yang satu buas beringas, yang lain tenang pegang kekang
mendadak Gagak Rimang meringkik penuh berontak
syahwat berahinya bergelora kala bersua kuda betina
kala Penangsang panik, tombak sakti Sutawijaya
menghunjam telak
blaaaasst!
menembus pinggang sang pemberang
membuat ususnya terburai
tapi bukan Penangsang namanya kalau tak memburu menang
burai usus disampirkan di warangka keris Kiai Setan Kober
Sutawijaya dicecar, diserang, dan diterjang
Daud dari Pajang terjatuh dan diinjak Goliat dari Jipang
api murka sudah mencapai puncak kepala Penangsang
keris sakti cepat dihunus
tapi… sebelum logam tajam terhunjam di tubuh Sutawijaya
kelebat Kiai Setan Kober menjadi pencetus tragedi
usus sang pemberang berantakan terburai, tercerai berai
tubuhnya menggelepar, dan putuslah nyawanya
Walau tragedi itu sudah lima abad berlalu
semangat jemawa Arya Penangsang masih hidup hingga sekarang
lupa jika di atas langit masih ada langit
berhasrat jadi penguasa tanpa tanding, tanpa banding
dengan menghalalkan segala cara
bagai orang pandir hendak menentang takdir
menggunakan fitnah dan cerita dusta sebagai senjata
tanpa sadar itu semua
bisa menjadi bumerang Setan Kober yang mematikan
Walau ku bukan cendekiawan pintar, ku suka simak sejarah
dari sana ku mendapat hikmah dan petuah
ku tak mau ada usus Penangsang atau Yudas Iskariot
terurai-burai di bumi pertiwi
ku damba pemimpin berjiwa patriot
menerima kemenangan tanpa busungkan dada
menerima kekalahan dengan lapang dada
jabatan itu amanah, titipan Sang Mahakuasa
mesti diemban dengan jiwa mulia
bukan dengan angkara murka
***
Sutawijaya menunggang kuda betina di seberang bengawan
Arya Penangsang memacu kuda hitam perkasa, Gagak Rimang
menyeberang bengawan, mengejar lawan
jadilah dua lelaki di atas kuda saling berhadapan
yang satu buas beringas, yang lain tenang pegang kekang
mendadak Gagak Rimang meringkik penuh berontak
syahwat berahinya bergelora kala bersua kuda betina
kala Penangsang panik, tombak sakti Sutawijaya
menghunjam telak
blaaaasst!
menembus pinggang sang pemberang
membuat ususnya terburai
tapi bukan Penangsang namanya kalau tak memburu menang
burai usus disampirkan di warangka keris Kiai Setan Kober
Sutawijaya dicecar, diserang, dan diterjang
Daud dari Pajang terjatuh dan diinjak Goliat dari Jipang
api murka sudah mencapai puncak kepala Penangsang
keris sakti cepat dihunus
tapi… sebelum logam tajam terhunjam di tubuh Sutawijaya
kelebat Kiai Setan Kober menjadi pencetus tragedi
usus sang pemberang berantakan terburai, tercerai berai
tubuhnya menggelepar, dan putuslah nyawanya
Walau tragedi itu sudah lima abad berlalu
semangat jemawa Arya Penangsang masih hidup hingga sekarang
lupa jika di atas langit masih ada langit
berhasrat jadi penguasa tanpa tanding, tanpa banding
dengan menghalalkan segala cara
bagai orang pandir hendak menentang takdir
menggunakan fitnah dan cerita dusta sebagai senjata
tanpa sadar itu semua
bisa menjadi bumerang Setan Kober yang mematikan
Walau ku bukan cendekiawan pintar, ku suka simak sejarah
dari sana ku mendapat hikmah dan petuah
ku tak mau ada usus Penangsang atau Yudas Iskariot
terurai-burai di bumi pertiwi
ku damba pemimpin berjiwa patriot
menerima kemenangan tanpa busungkan dada
menerima kekalahan dengan lapang dada
jabatan itu amanah, titipan Sang Mahakuasa
mesti diemban dengan jiwa mulia
bukan dengan angkara murka
***
No comments:
Post a Comment