Friday, July 11, 2014

Persembahan Puisi Bertema "Pemilu Capres/Cawapres 2014"

Berbagai karut-marut yang terjadi dalam Pemilu Capres/Cawapres 2014 
telah menggerakkan hati saya untuk menuliskan sebuah puisi yang 
berlatar belakang sejarah yang terjadi di Tanah Jawa 
5 abad yang lampau.

Arya Penangsang, Sang Pemberang
 Oleh Budianto Sutrisno

  
     Inilah nukilan kisah
      tertulis di Babad Tanah Jawi
      syahdan, Arya Penangsang, bupatiJipang Panolan
       sosok mahir beladiri dan kanuragan, sakti mandraguna
        berotot kawat, bertulang besi mirip Gatotkaca
        tapi emosinya labil, tabiatnya penuh jemawa
        gampang naik darah dan jadi pemberang
         merasa diri tanpa tanding, tanpa saing
         penuh hasrat dan syahwat kuasa mencaplok Pajang
 
   Meski sudah dinasihati
         Penangsang semakin berhasrat menjadi orang nomor satu
          dipacu dan dipicu dendam, akar pahit, dan sakit hati
          apalagi kala ditantang anak muda, Sutawijaya
           yang tak berpengalaman di medan laga
             harga dirinya terhina oleh bocah kemarin sore

             Sutawijaya menunggang kuda betina di seberang bengawan
           Arya Penangsang memacu kuda hitam perkasa, Gagak Rimang
        menyeberang bengawan, mengejar lawan
        jadilah dua lelaki di atas kuda saling berhadapan
        yang satu buas beringas, yang lain tenang pegang kekang
        mendadak Gagak Rimang meringkik penuh berontak
       syahwat berahinya bergelora kala bersua kuda betina
       kala Penangsang panik, tombak sakti Sutawijaya
      menghunjam telak
      blaaaasst!
      menembus pinggang sang pemberang
     membuat ususnya terburai
         tapi bukan Penangsang namanya kalau tak memburu menang
         burai usus disampirkan di warangka keris Kiai Setan Kober
      Sutawijaya dicecar, diserang, dan diterjang
          Daud dari Pajang terjatuh dan diinjak Goliat dari Jipang
          api murka sudah mencapai puncak kepala Penangsang
        keris sakti cepat dihunus
           tapi… sebelum logam tajam terhunjam di tubuh Sutawijaya
           kelebat Kiai Setan Kober menjadi pencetus tragedi
          usus sang pemberang berantakan terburai, tercerai berai
         tubuhnya menggelepar, dan putuslah nyawanya

        Walau tragedi itu sudah lima abad berlalu
           semangat jemawa Arya Penangsang masih hidup hingga sekarang
          lupa jika di atas langit masih ada  langit
          berhasrat jadi penguasa tanpa tanding, tanpa banding
            dengan menghalalkan segala cara
              bagai orang pandir hendak menentang takdir
              menggunakan fitnah dan cerita dusta sebagai senjata
               tanpa sadar itu semua
               bisa menjadi bumerang Setan Kober yang mematikan

              Walau ku bukan cendekiawan pintar, ku suka simak sejarah
               dari sana ku mendapat hikmah dan petuah
             ku tak mau ada usus Penangsang atau Yudas Iskariot
            terurai-burai di bumi pertiwi
           ku damba pemimpin berjiwa patriot
           menerima kemenangan tanpa busungkan dada
            menerima kekalahan dengan lapang dada
            jabatan itu amanah, titipan Sang Mahakuasa
           mesti diemban dengan jiwa mulia
           bukan dengan angkara murka

            ***

No comments:

Post a Comment