Rindu atau kangen adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh setiap orang, karena ada
sosok lain yang mengasihi dan dikasihi.
Puisi bertajuk "Detak Waktu Menggoreng Rinduku" ini telah berhasil menjadi
Juara Harapan I dalam Sayembara Goresan Pena yang diselenggarakan sebagai
bagian dari program "Menyambut Bulan Bahasa".
Soli Deo Gloria!
Detak Waktu Menggoreng Rinduku
Oleh Budianto Sutrisno
Senja
tengah gulirkan seringai yang punya beragam makna
mungkin sekadar bercanda, mungkin pula
’tuk menghiburku yang terlilit rindu
bagiku
itu adalah seringai kepedihannya sendiri
kar’na
waktunya mencumbu langit jingga bakal usai ditepis malam
jumpa
walau sekejap, pasti kobarkan rindu
sembari
menepuk bahu senja, seulas senyum pahit kulemparkan padanya
kar’na
nasibku tak lebih baik ketimbang dirinya
betapa
tidak, esok hari ia pasti bertemu lagi dengan pujaaan hati
tapi
aku?
Sejak
pertemuanku denganmu di tepi danau biru tiga tahun lalu
entah
kapan aku bisa menatap bening matamu lagi
entah
kapan aku bisa mendekap dirimu lagi
entah
kapan aku bisa rasakan debar jantungmu yang getarkan hatiku
aku
tak tahu
aku
terhanyut dalam arus relung renung
andai
saja tiada jarak dan detak waktu
pasti
tiada pula apa yang disebut rindu
andai
takdir tak goreskan kita ’tuk bertemu
mungkinkah
tumbuh tunas-tunas rindu?
Tampaknya
detak waktu tengah mengujiku dengan sajian menu istimewa
dia siapkan api, wajan,
dan minyak ’tuk menggoreng
jelas, bukan hendak menggoreng
telur mata sapi
tapi menggoreng rinduku
sreng…
sreng… bunyinya menyayat hati
asapnya berkepul menggodam
dada
aromanya menusuk jiwa
tempura
memang kusuka, tapi rempeyek rindu membuatku meratap pilu
”cukup sudah, hentikan
atau air mataku harus
menggenangi batu nisan rinduku?”
detak waktu menyahut
dengan berdetak semakin kuat
aku sadar, jawaban
sejatinya termaktub dalam goresan takdir
yang tertulis di kitab waktu
sampai
saatnya tiba
ku
’kan bisa membuka halamannya
membacanya,
meski tak mampu memahaminya
***
No comments:
Post a Comment