Peristiwa yang banyak menjadi bahan candaan dan satire di berbagai kalangan akhir-akhir ini,
telah menggerakkan penulis untuk menuliskan puisi yang bertajuk "Aku padamu Duo Oo".
Silakan Anda merespons sesuka hati Anda. Mau tersenyum, tertawa, atau gusar, tak
ada yang melarang.
Aku padamu Duo Oo
Oleh Budianto Sutrisno
Duo Oo memang oo, ya o. ya o, ya o
ya o
seleranya lagi pengin makan kue
lapis
kue lapis yang bukan sembarang kue
lapis
lo kok?
ya, kue lapis tapi tanpa lapis
koki kerajaan bertanya tentang cara
dan resepnya
panglima Duo Oo menjawab dengan seringai
serigala
itu urusan koki, bukan saya
untuk apa kau jadi koki, kalau
terus tanya-tanya?
koki menunduk, sambil mengelus dada
menggumamkan serapah
belum sebulan sudah belagu begini
waktu bulan madu dulu Oo yang ini pernah bilang
bukan bikin kue lapis, tapi
membiayai
terserah pencintaku maunya lapis jenis
apa
dilapisi emas, dilapisi perak, dilapisi
kemenyan juga ada
hi… serem… ah, itu kue kesukaan
setan dan demit
naga-naganya sih dia doyan yang
dilapisi kemenyan
hm... nyam-nyam kemenyan
tuh… senyumnya makin mirip
seringai buto ijo
mau melahap apa segala
ah… salahku sendiri kenapa dulu
menggadang-gadang dia
tapi nasi sudah jadi bubur
daripada sesal tak berguna, lebih
baik ku bernyanyi
aku padamu, Duo Oo
Duo Oo memang oo, ya o. ya o, ya o
ya o
bak intelektual dari Yale
University Oo yang lain berorasi
tentang berjubelnya kereta kuda di
Kutaraja
orasi senapati lulusan luar negeri
ini ternyata menebar bau terasi
tak kalah menyengatnya dengan retorika vicky
prasetyo
kar’na doi memang mau setia pada
statutisasi kemakmuran
yang dipredikatisasi sebagai sosok
tanpa kontroversi hati
kan sedang hidup dan berdiri di
atas tanah merdeka?
mau ngomong apa saja, boleh saja
mulut kan mulutku sendiri, katanya
wartawan dan warga mabuk serta
pusing kepala
mencari makna yang raib entah ke mana
mencari makna yang raib entah ke mana
tapi orasi harus penuhi hukum alirisasi
tanpa peduli mumetisasi
apinya semakin berkobar dalam
kamuflase kehidupan
para priyayi kaya harus mengurangi menambah kemacetan
dengan menambah jumlah kereta
sehingga kepadatan berkurang
ini simbolisasi, mesti dilakukan
ini simbolisasi, mesti dilakukan
sang wartawan membatin dalam
bingungisasi tingkat dewa
mungkin kudanya pada mati karena
keracunan terasi orasi
atawa keracunan kue lapis kemenyan?
ah… ini mayanisasi atawa
konkretisasi?
si kuli tinta tak peduli lagi
yang penting bisa nyanyi
aku padamu Duo Oo
really
aku sungguh padamu, I do
kutunggu pecahnya kongsimu
supaya Acin dan Acing bisa saling bersalam sapa ”kong-xi, kong-xi”
Duo Oo, o o ya o, ya o o ya…
***
No comments:
Post a Comment