Sunday, November 5, 2017

Aku padamu Duo Oo

Peristiwa yang banyak menjadi bahan candaan dan satire di berbagai kalangan akhir-akhir ini,
telah menggerakkan penulis untuk menuliskan puisi yang bertajuk "Aku padamu Duo Oo".
Silakan Anda merespons sesuka hati Anda. Mau tersenyum, tertawa, atau gusar, tak
ada yang melarang.


Aku padamu Duo Oo

Oleh Budianto Sutrisno


Duo Oo memang oo, ya o. ya o, ya o ya o
seleranya lagi pengin makan kue lapis
kue lapis yang bukan sembarang kue lapis
lo kok?
ya, kue lapis tapi tanpa lapis
koki kerajaan bertanya tentang cara dan resepnya
panglima Duo Oo menjawab dengan seringai serigala
itu urusan koki, bukan saya
untuk apa kau jadi koki, kalau terus tanya-tanya?
koki menunduk, sambil mengelus dada menggumamkan serapah
belum sebulan sudah belagu begini
waktu bulan madu dulu Oo yang ini pernah bilang
bukan bikin kue lapis, tapi membiayai
terserah pencintaku maunya lapis jenis apa
dilapisi emas, dilapisi perak, dilapisi kemenyan juga ada
hi… serem… ah, itu kue kesukaan setan dan demit
naga-naganya sih dia doyan yang dilapisi kemenyan
hm... nyam-nyam kemenyan
tuh… senyumnya makin mirip seringai buto ijo
mau melahap apa segala
ah… salahku sendiri kenapa dulu menggadang-gadang dia
tapi nasi sudah jadi bubur
daripada sesal tak berguna, lebih baik ku bernyanyi
aku padamu, Duo Oo

Duo Oo memang oo, ya o. ya o, ya o ya o
bak intelektual dari Yale University Oo yang lain berorasi
tentang berjubelnya kereta kuda di Kutaraja
orasi senapati lulusan luar negeri ini ternyata menebar bau terasi
tak kalah menyengatnya dengan retorika vicky prasetyo
kar’na doi memang mau setia pada statutisasi kemakmuran
yang dipredikatisasi sebagai sosok tanpa kontroversi hati
kan sedang hidup dan berdiri di atas tanah merdeka?
mau ngomong apa saja, boleh saja
mulut kan mulutku sendiri, katanya
wartawan dan warga mabuk serta pusing kepala
mencari makna yang raib entah ke mana
tapi orasi harus penuhi hukum alirisasi tanpa peduli mumetisasi
apinya semakin berkobar dalam kamuflase kehidupan
para priyayi kaya harus mengurangi menambah kemacetan
dengan menambah jumlah kereta
sehingga kepadatan berkurang
ini simbolisasi, mesti dilakukan
sang wartawan membatin dalam bingungisasi tingkat dewa
mungkin kudanya pada mati karena keracunan terasi orasi
atawa keracunan kue lapis kemenyan?
ah… ini mayanisasi atawa konkretisasi?
si kuli tinta tak peduli lagi
yang penting bisa nyanyi
aku padamu Duo Oo
really aku sungguh padamu, I do
kutunggu pecahnya kongsimu
supaya Acin dan Acing bisa saling bersalam sapa ”kong-xi, kong-xi
Duo Oo, o o ya o, ya o o ya…

***


No comments:

Post a Comment