Peristiwa demo di depan Balai Kota DKI yang berujung dengan pembakaran karangan bunga
dan penyalaan beribu lilin, telah menginspirasi penulis untuk menuangkannya
dalam puisi berikut ini. Kita yakin bahwa kebenaran pada akhirnya akan
mengalahkan kejahatan, cinta kasih akan mengalahkan kebencian,
dan terang akan menelan kegelapan.
Soli Deo Gloria!
Bunga, Api, dan Nyala Lilin
Oleh Budianto Sutrisno
Menjelang magrib di Kutaraja…
tiba-tiba saja api menjilat
karangan bunga di taman sriwedari
ini bukan api penyucian bagi dewi
sinta
melainkan api angkara murka danawa
rahwana
api keserakahan sekaligus kebodohan
bagaimana tak bodoh?
sate bakar, ikan bakar, jagung
bakar
banyak orang suka
lezat, padat gizi, dan
mengenyangkan
tapi bunga bakar?
hanya setan, demit, dan memedi yang
menyukainya
Bunga menyampaikan tanda cinta
api menyemburkan angkara dan
kebencian
bunga boleh saja lenyap harumnya
dan hancur jadi abu
tapi cinta yang dikandungnya tetap
abadi
dikenang rakyat dari generasi ke
generasi
sarat nilai-nilai ksatria yang
diwariskan ke anak cucu
keluhuran budi dan kebesaran jiwa
ksatria ’kan terukir dalam sejarah
tapi kebencian hanya menghasilkan
dukacita dan remuk tulang
kebencian menjerumuskan pelakunya ke kubang lumpur hina
kebencian mengoyak lembar persaudaraan
dan cinta ’kan menenun kembali
lembar yang terkoyak
Ajaibnya, abu bunga menjelma jadi beribu
lilin
yang menyalakan benderang
menerangi kegelapan yang mencekam
setiap nyalanya adalah nyala nurani
insan yang waras dan sadar
bahwa kebaikan pasti ’kan
mengalahkan kejahatan
terang akan menelan kegelapan.
Utusan bayu sayup membawa kabar
di jumat kliwon nanti bala danawa
akan kembali
berniat melakukan ritual amoral
berlagak jadi hakim yang paling
berkuasa
memecah belah persatuan dalam persaudaraan
tapi percayalah, Yang Mahakuasa tak
pernah terlelap
tangan-Nya selalu siap mendekap
kita
berikan kedamaian dan ketenteraman
tongkat-Nya ’kan menghajar segala
yang kurang ajar
***
No comments:
Post a Comment