Istilah "Lebaran Kuda" yang akhir-akhir ini menjadi viral di tengah-tengah masyarakat, khususnya
menjelang pilkda pilgub DKI, telah menginspirasi penulis untuk menuliskan puisi berikut ini
sambil bernostalgia tentang pertunjukan Kuda Lumping yang atraktif.
Silakan menikmatinya dan bebas menginterpretasikannya!
Kuda Lumping
Oleh Budianto Sutrisno
Sejak Ndoro Bei mengumumkan Lebaran
Kuda di Kutaraja
mendadak sontak kuda jadi hewan
klangenan
orang-orang kaya berlomba membangun
istal megah
lebih mewah ketimbang tempat
tinggal insan jelata
apalagi jika dibandingkan dengan
kos-kosan mahasiswa
katanya, kandang kuda itu pelengkap
gudang harta
isinya kuda coklat, kuda putih,
kuda zebra
dan tentu saja, kuda hitam yang
jadi kesayangan
boneka kuda juga laku keras
bahkan kesenian kuda lumping jadi
tenar
Ndoro Bei lincah beri contoh gerak tari kuda
lumping
tubuhnya bergerak dinamis, maju cantik…
mundur cantik…
diiringi bunyi seperangkat gamelan
diramaikan pula dengan bunyi
krincingan di kakinya
lengkap dengan kaca mata kuda
berwarna gelap
entah apa yang bisa dilihatnya
gerak maju dan mundur makin cepat
suasana pertunjukan semakin berdaya
magis
mendadak… cetar… cetar…
suara cemeti mengentak dan
membahana
sebagian penonton berteriak histeris
manja ala Syahrini, augh…ough…
maju cantik… mundur cantik…
cetar... cetar… makin membahana
Ndoro Bei mulai kesurupan
mulutnya yang tadinya selalu
menggumam nada prihatin
kini melantunkan lagu Jaranan versi baru
jaranan…
jaranan… saiki bada jaran
ayo
numpak jaran teji bareng Ndoro Bei
ayo…
ayo… jaranan…jaranan *)
benar-benar tari kuda lumping versi
baru
penarinya merangkap pendendang lagu
maklum, sang Ndoro punya pengalaman
rekaman 10 album
Tiba-tiba kesurupannya memasuki
tingkat dewa
tangan Ndoro Bei meraup pecahan
beling
dimasukkannya ke mulut, dikunyah
seperti kerupuk kriuk-kriuk
eh… masih belum cukup
dikupasnya sabut kelapa dengan
giginya
mulutnya menyemburkan bensin yang
menyulut kobaran api
penonton bertepuk tangan kegirangan
Ndoro Bei menggetarkan cemeti ke
tubuhnya sendiri
sakit tak dirasa, rasa malu pun
sirna
namanya juga kesurupan, mati nalar,
mati rasa
gerak Ndoro Bei makin kencang
tubuhnya sempoyongan
ah… eh… ada yang tak beres, seru
penonton
bruk…
gedebum, tubuh kekar Ndoro Bei akhirnya ambruk
pertunjukan pun tamat
penonton menggumam, sayang… sayang…
sudah uzur masih main kuda lumping
mudah-mudahan masih tertolong
gumam itu perlahan menghilang bersama embusan angin senja
***
*)
main kuda-kudaan… main kuda-kudaan… sekarang lebaran kuda
ayo menunggang kuda teji bersama Ndoro
Bei
ayo… ayo… main kuda-kudaan… main
kuda-kudaan…
No comments:
Post a Comment