Thursday, November 3, 2016

Kuda Lumping

Istilah "Lebaran Kuda" yang akhir-akhir ini menjadi viral di tengah-tengah masyarakat, khususnya
menjelang pilkda pilgub DKI, telah menginspirasi penulis untuk menuliskan puisi berikut ini 
sambil bernostalgia tentang pertunjukan Kuda Lumping yang atraktif.
Silakan menikmatinya dan bebas menginterpretasikannya!


Kuda Lumping

Oleh Budianto Sutrisno


Sejak Ndoro Bei mengumumkan Lebaran Kuda di Kutaraja
mendadak sontak kuda jadi hewan klangenan
orang-orang kaya berlomba membangun istal megah
lebih mewah ketimbang tempat tinggal insan jelata
apalagi jika dibandingkan dengan kos-kosan mahasiswa
katanya, kandang kuda itu pelengkap gudang harta
isinya kuda coklat, kuda putih, kuda zebra
dan tentu saja, kuda hitam yang jadi kesayangan
boneka kuda juga laku keras
bahkan kesenian kuda lumping jadi tenar

 Ndoro Bei lincah beri contoh gerak tari kuda lumping
tubuhnya bergerak dinamis, maju cantik… mundur cantik…
diiringi bunyi seperangkat gamelan
diramaikan pula dengan bunyi krincingan di kakinya
lengkap dengan kaca mata kuda berwarna gelap
entah apa yang bisa dilihatnya
gerak maju dan mundur makin cepat
suasana pertunjukan semakin berdaya magis
mendadak… cetar… cetar
suara cemeti mengentak dan membahana
sebagian penonton berteriak histeris manja ala Syahrini, augh…ough…
maju cantik… mundur cantik…
cetar... cetar… makin membahana
Ndoro Bei mulai kesurupan
mulutnya yang tadinya selalu menggumam nada prihatin
kini melantunkan lagu Jaranan versi baru
jaranan… jaranan… saiki bada jaran
ayo numpak jaran teji bareng Ndoro Bei
ayo… ayo… jaranan…jaranan *)
benar-benar tari kuda lumping versi baru
penarinya merangkap pendendang lagu
maklum, sang Ndoro punya pengalaman rekaman 10 album

Tiba-tiba kesurupannya memasuki tingkat dewa
tangan Ndoro Bei meraup pecahan beling
dimasukkannya ke mulut, dikunyah seperti kerupuk kriuk-kriuk
eh… masih belum cukup
dikupasnya sabut kelapa dengan giginya
mulutnya menyemburkan bensin yang menyulut kobaran api
penonton bertepuk tangan kegirangan
Ndoro Bei menggetarkan cemeti ke tubuhnya sendiri
sakit tak dirasa, rasa malu pun sirna
namanya juga kesurupan, mati nalar, mati rasa
gerak Ndoro Bei makin kencang
tubuhnya sempoyongan
ah… eh… ada yang tak beres, seru penonton
bruk… gedebum, tubuh kekar Ndoro Bei akhirnya ambruk
pertunjukan pun tamat
penonton menggumam, sayang… sayang…
sudah uzur masih main kuda lumping
mudah-mudahan masih tertolong
gumam itu perlahan menghilang bersama embusan angin senja


***

*) main kuda-kudaan… main kuda-kudaan… sekarang lebaran kuda
ayo menunggang kuda teji bersama Ndoro Bei
ayo… ayo… main kuda-kudaan… main kuda-kudaan…




No comments:

Post a Comment