Puisi yang berjudul "Memar Pudar, Luka Hati Tak Kunjung Henti" ini telah terpilih
sebagai salah satu dari 24 kontributor dalam lomba cipta puisi bertemakan
"Dunia Rapuh Anak-Anak" yang diselenggarakan oleh "Poetry Prairie"
Memar Pudar, Luka Hati Tak Kunjung Henti
Oleh Budianto Sutrisno
Wajah bocah itu seharusnya ceria
dan semringah
tingkahnya seharusnya lucu, lincah,
dan menggemaskan
tapi yang terjadi justru tragedi
bahkan horor yang bikin bulu roma
berdiri
aku sungguh tak mengerti
hatiku miris dan rasaku teriris
untuk apa dia ada jika hanya dibuat
menderita?
Sepasang mata yang seharusnya
jernih berbinar
tampak suram tertutup kelopak biru
lebam
bibir dan hidung mencucurkan darah
seluruh tubuh penuh lebam bekas
pukulan
bahkan melepuh karena selomot api
rokok
aku sungguh tak mengerti
senakal-nakalnya anak, layakkah dia
tersiksa begini?
seganas-ganasnya binatang liar
dia tak’kan memangsa anaknya
sendiri
tapi siapa nyana manusia bisa lebih
buas ketimbang binatang
Luka, lebam, dan memar cepat
memudar digilas waktu
cacat tubuh bisa diperbaiki
tapi trauma, cekaman ngeri, dan sakit
serta luka hati
terus berlangsung tak kunjung henti
haruskah dia menanggung derita
abadi?
lagi-lagi, aku sungguh tak mengerti
Meski aku bukan insan bijak
aku tahu bahwa anak hanyalah
titipan
untuk dikasihi, dibesarkan, dan
dididik dengan benar
karena dia adalah generasi dan
pemilik masa depan
dia bukan boneka yang bisa
diperlakukan sesuka hati
wahai, para orang tua, sadarlah
segera
jangan rampas haknya ’tuk gapai
hidup bahagia
egomu bisa menumbuhkan monster
kebiadaban
pancarkanlah terang cinta kasih,
agar anakmu tak jadi korban
tanpa dia, bangsa tak ’kan miliki
hari depan
***
No comments:
Post a Comment