Wednesday, September 7, 2016

Memar Pudar, Luka Hati Tak Kunjung Henti

Puisi yang berjudul "Memar Pudar, Luka Hati Tak Kunjung Henti" ini telah terpilih
sebagai salah satu dari 24 kontributor dalam lomba cipta puisi bertemakan
"Dunia Rapuh Anak-Anak" yang diselenggarakan oleh "Poetry Prairie"




Memar Pudar, Luka Hati Tak Kunjung Henti

Oleh Budianto Sutrisno

 
Wajah bocah itu seharusnya ceria dan semringah
tingkahnya seharusnya lucu, lincah, dan menggemaskan
tapi yang terjadi justru tragedi
bahkan horor yang bikin bulu roma berdiri
aku sungguh tak mengerti
hatiku miris dan rasaku teriris
untuk apa dia ada jika hanya dibuat menderita?

Sepasang mata yang seharusnya jernih berbinar
tampak suram tertutup kelopak biru lebam
bibir dan hidung mencucurkan darah
seluruh tubuh penuh lebam bekas pukulan
bahkan melepuh karena selomot api rokok
aku sungguh tak mengerti
senakal-nakalnya anak, layakkah dia tersiksa begini?
seganas-ganasnya binatang liar
dia tak’kan memangsa anaknya sendiri
tapi siapa nyana manusia bisa lebih buas ketimbang binatang

Luka, lebam, dan memar cepat memudar digilas waktu
cacat tubuh bisa diperbaiki
tapi trauma, cekaman ngeri, dan sakit serta luka hati
terus berlangsung tak kunjung henti
haruskah dia menanggung derita abadi?
lagi-lagi, aku sungguh tak mengerti

Meski aku bukan insan bijak
aku tahu bahwa anak hanyalah titipan
untuk dikasihi, dibesarkan, dan dididik dengan benar
karena dia adalah generasi dan pemilik masa depan
dia bukan boneka yang bisa diperlakukan sesuka hati
wahai, para orang tua, sadarlah segera
jangan rampas haknya ’tuk gapai hidup bahagia
egomu bisa menumbuhkan monster kebiadaban
pancarkanlah terang cinta kasih, agar anakmu tak jadi korban
tanpa dia, bangsa tak ’kan miliki hari depan


***

No comments:

Post a Comment