Friday, August 21, 2015

Gusar dan Gusur

Peristiwa penggusuran yang terjadi di kawasan bantaran kali di Kampung Pulo, telah 
menggerakkan saya untuk menuangkannya dalam bentuk puisi.
Manusia - baik kaya maupun miskin - selalu memiliki problem. Dan problem tersebut harus dicari jalan keluarnya. Nah, di sinilah benang ruwetnya. Masing-masing kepala memiliki pendapat
yang bukan saja berbeda, melainkan bisa bertentangan satu dengan yang lain. Yang jelas, sebuah
keputusan itu tak mungkin memuaskan hati semua orang.



Gusar dan Gusur
Oleh Budianto Sutrisno

Miskin memang bukan suatu kemauan
apalagi sebuah pilihan atau cita-cita
 miskin memang sebuah kenyataan
yang ada dari zaman ke zaman
mereka kaum tertindas dan terempas
merasa paling nestapa dan teraniaya
api iri dan cemburu mudah membara di dada

Tapi mereka harus hidup
terlindung dari sengat mentari dan deras hujan
gubuk reyot di ranah kumuh jadi istana mereka
tak peduli tanah siapa empunya
di mana ada celah untuk berpijak
di situ mereka beranak-pinak
sampah dan kotoran siapa peduli
semuanya beres jika dibuang ke kali
banjir bukan bencana lagi
tapi kesempatan memperoleh rezeki
sumbangan deras mengalir, mereka tinggal berkipas diri
mental pengemis melebur jadi jati diri

Kala musim gusur tiba
mereka jadi gusar luar biasa
upaya relokasi dianggap menyumbat aliran rezeki
gusur jadi melanggar hak asasi
curi tanah negara itu biasa
tak punya izin bangunan juga tak apa
siapa sumbat rezeki, dia harus mati
bakar-membakar jadi lazim
lempar batu bukan hal baru
adu kepalan tinju tidaklah tabu
terus merangsek maju mengumbar gebu nafsu
tanpa pertimbangkan benar atau keliru
urusan perut itu nomor satu
persetan dengan moral, hukum, dan kebenaran

Kala kebenaran tak lagi jadi kiblat kehidupan
manusia menjadi budak keliaran
kala kebenaran memimpin
kebijaksanaan berjalan mengiringinya
gusar tak jadi barbar
gusur jadi teratur


***

No comments:

Post a Comment