Puisi berikut ini dinspirasi oleh kekonyolan seseorang yang bermaksud memamerkan
kebolehan dan kedudukannya. Akan tetapi, ternyata semuanya palsu dan dusta belaka.
Sebenarnya semua itu disebabkan oleh rasa frustrasinya dalam mengejar jodoh yang
tak kesampaian, sementara usia terus bertambah. Lah, bagaimana mau kesampaian,
idamannya terlalu membubung tinggi, tak sepadan dengan kondisi dirinya sendiri.
Begitulah kalau pungguk merindukan bulan.
Kala Cacing "Ge-Er” Jadi Pergiwa
Oleh Budianto Sutrisno
Ini memang kisah aneh tapi nyata
ada cacing betina merasa diri rupawan bak Pergiwa
ada cacing betina merasa diri rupawan bak Pergiwa
dari pagi buta hingga malam gulita
cacing betina asyik berdandan di
depan cermin
wajahnya dipoles sana, dipoles sini
tapi ya tetap wajah cacing, cuma
bertabur bedak saja
Dengan penuh percaya diri, cacing “ge-er”
jadi Pergiwa
putri jelita pasangan Arjuna dan
Dewi Manuhara
dia punya klangenan dan mimpi selangit
jadi pendamping Gatotkaca
ksatria otot kawat, tulang besi,
dan kulit tembaga
putra perkasa pasangan Bima dan
Arimbi
yah… yang namanya klangenan atau
mimpi itu sih sah-sah saja
tapi ya mesti tahu diri dan tahu
batasnya
masa sih tak pernah tahu makna ”bibit-bobot-bebet”
dalam memilih pasangan hidup
ksatria gagah dari Pringgodani
sepantasnyalah
berpasangan dengan putri jelita dari
Madukara
lah, cacing dari kerajaan tanah
ya sepantasnya mendamping pangeran
dari kerajaan lumpur
tapi putri cacing sungguh tak tahu
diri
terus menggeliat, mengejar, dan
merangsek
tapi cukup dengan sekali bentakan
suara geledek Gatotkaca
cacing betina ngeloyor terbirit-birit gigit jari
cinta telah membuat cacing bertina
buta
tak mampu berkaca untuk melihat
jati dirinya
Cacing… cacing…
kodratmu itu jadi cacing, bukan Pergiwa
jelita
kalau kau belum puas gigit jari
tangan
gigitlah ibu jari kakimu sendiri
carilah pasangan cacing yang setara
Gatotkaca sudah punya pendamping
sendiri
tentu saja, Pergiwa itu putri cerdas
dan cantik
semerbak wangi dan harum lagi
tak bodoh, jorok, dan bau sepertimu, cacing
***