Friday, February 2, 2018

Kepada Siapa Guru Mengadu?

Peristiwa pembunuhan keji seorang guru di Sampang oleh seorang siswa yang tak tahu
membalas budi, telah menggerakkan penulis untuk menuliskan peristiwa yang
memedihkan hati ini. Kejadian ini telah  mencoreng sejarah pendidikan di Indonesia dengan 
lumpur yang paling kotor dan hitam. Melalui peristiwa ini, jelaslah posisi guru yang sangat rapuh
dalam menghadapi siswa yang bermasalah.

Kepada Siapa Guru Mengadu?

Oleh Budianto Sutrisno


Kala masih balita, anak mengadu kepada orang tua
bawahan mengadu kepada atasan
rakyat mengadu kepada wakilnya
siswa mengadu kepada guru
lalu kepada siapa guru mengadu?
komnas HAM, PGRI, DPR, menteri?
mereka semua justru bungkam diam dalam seribu bahasa
kala guru dibunuh oleh siswanya sendiri
ya, dibunuh mati
nyawa guru dianggap begitu murah seperti nyawa nyamuk
bisa dan boleh di-pithes kapan saja dan mana suka

Memang di zaman now banyak peristiwa aneh bin ganjil
kala siswa bermasalah, justru guru yang panik
kala siswa begajulan, guru yang takut
guru ngeri kepada siswa, juga kepada ortunya
guru seperti kurcaci yang menghadapi setan memedi
guru bak menghadapi buah simalakama
dimakan mati kariernya, tak dimakan mati nuraninya
mana yang harus digadaikan, mana yang harus dikorbankan?
bagaimanapun juga, teguran dan hukuman memang harus dilakukan
jika memang diperlukan, apa pun risikonya

Tapi penyesalan selalu datang terlambat
kala guru Sampang sudah jadi mayat
aliran air mata darah juga tiada gunanya
apakah guru mesti bernasib malang?
apakah guru harus dibanjiri dengan kasih yang membadai?
itu bukan kasih, tapi pemanjaan dan penjerumusan
yang justru melumpuhkan siswa
tapi berapa banyak siswa, ortu, dan guru sendiri yang menyadarinya?
keadilan telah ditindas dan dilibas oleh rasa takut
takut justru pertanda kurang kasih
jangan jadikan cinta kasih sebagai topeng dan perisai
'tuk sembunyikan ketakutan
jangan tuduh hukuman sebagai pelampiasan dendam
hukuman adalah konsekuensi dari kejahatan
nenek-nenek pun tahu itu
tapi yang bermental 'cari aman' pura-pura tak tahu
mesti berapa guru lagi yang jadi korban agar semua sadar?
mesti berapa ribu maaf yang harus dikunyah dan ditelan guru?
mesti seberapa dalam, lebar, dan dalam lautan cinta kasihnya?
apakah guru tak berhak menjalankan keadilan dalam kebenaran?
guru juga manusia, bukan?
guru bukan malaikat, bukan?
jangan pernah bermimpi guru menjelma malaikat
jika ada yang mengaku malaikat, pastilah itu malaikat jadi-jadian

Penghargaan dalam bentuk apa pun
tak bisa menghidupkan guru Sampang yang malang
sekadar mengenang jasa-jasanya?
apa itu cukup?
mengenakan hukuman seberat mungkin kepada pelaku?
apa itu bisa memulihkan kepedihan hati keluarga yang ditinggal pergi?

Orang bijak bilang mata tak boleh diganti dengan mata
gigi tak boleh diganti dengan gigi
angkara tak boleh dibalas dengan angkara
angkara perlu diredam dengan cinta kasih
oh… betapa indahnya kata-kata mulia itu
oh… betapa mudahnya mengeluarkan kata-kata bijak itu
tapi insan manakah yang mampu melakukannya?
kalau toh ada, berapa gelintir?
haruskah permata kemilau itu binasa di kaki babi?
aku tak kuasa untuk menjawabnya
biarlah Yang Kuasa bekerja sesuai rencana-Nya

***


No comments:

Post a Comment