Thursday, February 1, 2018

A Stranger in the Rain

Peristiwa kedatangan Jokowi kembali setelah melawat ke sejumlah negara, antara lain Afghanistan
yang tengah bergejolak, telah menginspirasi penulis untuk membuat puisi berikut.
Tokoh Gabener ikut menyambut sambil manyun dan memegag payung di tengah hujan. Dia tampak terkucil, karena tak ada seorang pejabat pun yang mau bertutur sapa dengannya.

A  Stranger in the Rain

Oleh Budianto Sutrisno

Ada nasihat berharga dari orang tua
selalu terngiang jelas di telinga
generasi penerus memegang teguh
’tuk jalankan petuah ampuh
’gar tak bicara pada sosok tak dikenal
apalagi nekat berdekat dan berakrab-akrab
kar'na bisa datangkan petaka dahsyat

Di tengah hujan lebat
di antara deretan pejabat terhormat
ada sosok terpencil dan terkucil
dijauhi dan diemohi
landasan halim perdanakusuma serasa sengat bara api
dalam hati ingin segera angkat kaki
tapi apa daya
terikat aturan pejabat tinggi
meski payung di tangannya mengembang
tak mampu sembunyikan gundah hati dan sempit jiwa
pangkatnya boleh tinggi tapi tiada satu pun yang peduli

Dia kunyah buah pahit dari benih yang ditaburnya
di antara deret pejabat di depan tangga pesawat
dia tak ubahnya tikus got melarat
kehadirannya kosong tanpa makna
raganya di sana, tapi hatinya terbang entah ke mana
salamnya salam hampa
meski Sang Panglima kembangkan kulum senyum
dia tetap manyun
kalbu penuh gerutu kapan bisa jadi panglima
a stranger in the rain
there’s so much pain
deep inside a stone heart of Cain


***


No comments:

Post a Comment