Peristiwa kedatangan Jokowi kembali setelah melawat ke sejumlah negara, antara lain Afghanistan
yang tengah bergejolak, telah menginspirasi penulis untuk membuat puisi berikut.
Tokoh Gabener ikut menyambut sambil manyun dan memegag payung di tengah hujan. Dia tampak terkucil, karena tak ada seorang pejabat pun yang mau bertutur sapa dengannya.
A Stranger in the Rain
Oleh
Budianto Sutrisno
Ada nasihat berharga dari orang tua
selalu terngiang
jelas di telinga
generasi
penerus memegang teguh
’tuk
jalankan petuah ampuh
’gar
tak bicara pada sosok tak dikenal
apalagi
nekat berdekat dan berakrab-akrab
kar'na bisa
datangkan petaka dahsyat
Di
tengah hujan lebat
di
antara deretan pejabat terhormat
ada
sosok terpencil dan terkucil
dijauhi
dan diemohi
landasan
halim perdanakusuma serasa sengat bara api
dalam
hati ingin segera angkat kaki
tapi
apa daya
terikat
aturan pejabat tinggi
meski
payung di tangannya mengembang
tak
mampu sembunyikan gundah hati dan sempit jiwa
pangkatnya
boleh tinggi tapi tiada satu pun yang peduli
Dia
kunyah buah pahit dari benih yang ditaburnya
di
antara deret pejabat di depan tangga pesawat
dia
tak ubahnya tikus got melarat
kehadirannya
kosong tanpa makna
raganya
di sana, tapi hatinya terbang entah ke mana
salamnya
salam hampa
meski
Sang Panglima kembangkan kulum senyum
dia
tetap manyun
kalbu
penuh gerutu kapan bisa jadi panglima
a stranger in the rain
there’s so much pain
deep inside a stone heart of Cain
***
No comments:
Post a Comment