Friday, October 7, 2016

Antara Kicau Anis dan Kepak Sayap Rajawali

Puisi berikut ini diinspirasi oleh perilaku para kandidat cagub dan cawagub yang akhir-akhir
ini mulai gegap gempita di jagat warta.
Kisah dalam puisi ini merupakan opini pribadi penulis, dan penulis beri judul 
"Antara Kicau Anis dan Kepak Sayap Rajawali". Selamat menikmati!



Antara Kicau Anis dan Kepak Sayap Rajawali

Oleh Budianto Sutrisno


Dulu kupernah pelihara burung anis merah
kata orang Jawa, kuselalu diliputi klangenan kukilo
alias kegemaran memelihara burung
eh... Anda tahu klangenan itu sudah termasuk dalam kosakata Indonesia, loh
dan ternyata anis merah itu mampu bernyanyi merdu
bisa bersaing dengan cucakrowo piaraan tetangga
burung dengan bulu coklat kemerahan dan kombinasi hitam-putih ini
memang pantas jadi biduan piawai bersuara emas
tapi panggungnya hanya terbatas dalam sangkar
setiap pagi mesti disediakan pakan burung dan kroto, alias telur semut rangrang
'gar suaranya makin merdu
repot dan ribet, memang
kalau lapar dan haus, dia bisu total
maka, sebagai pemilik, kuharus rajin sajikan makanan tiap pagi
kalau lalai, ya dia tak mau berkicau manis
ada makanan, dia berkicau kencang
tiada makanan, dia langsung membisu seribu bahasa
slogannya "di mana makanan terhidang, di situ aku bernyanyi kencang"

Tapi aku pernah nonton film tentang unggas lain yang juga berbulu kecoklatan
warna boleh sama, tapi cara hidupnya berbeda
unggas ini tak bisa dikekang dalam sangkar
dia harus hidup bebas lepas di angkasa raya dan puncak gunung
ukuran tubuhnya jauh lebih besar ketimbang anis merah
paruh dan cakarnya jauh lebih tajam
dia tidak berkicau manis, tetapi memekik sorak dan menyambar
mampu terbang membubung tinggi, dan tinggi sekali
menembus awan-awan gelap
tempat yang tak mungkin terhampiri unggas lain
dari puncak gunung dia bisa menyergap mangsa secepat kilat
matanya sungguh tajam untuk mendeteksi keberadaan mangsa
sekali sambar, mangsa pasti masuk terkaman

Kuingin punya elang perkasa seperti itu
tapi dia tak mungkin hidup dalam kekang kurungan
kodratnya memang harus terbang tinggi membelah angkasa
mengeluarkan pekikan dahsyat, lalu menyambar mangsa di bawah
bukan berlenggang lenggok ala balerina dan penyanyi genit dalam sangkar panggung
rinduku pada keadilan dan pembenahan terobati
 kala kudengar pekikan dan sambaran sang rajawali

Setelah kutahu apa makna tulus setia
kuucapkan "selamat tinggal" pada anis manisku
kusambut kehadiran sang merpati putih
si unggas murni-mulus yang tak butuh sangkar
dia setia dan penuh damai, tak mungkin berpaling pada majikan lain
sekalipun disediakan sangkar emas dan pesta pora

Biarlah elang mengepakkan sayapnya
membubung tinggi, sesuai kodratnya
menyambar dan menghabisi kawanan tikus serta musang
hingga negeriku bebas dari segala hama


***




No comments:

Post a Comment