Puisi ini dipersembahkan kepada Anda yang mengalami hambatan atau ketidakharmonisan
dalam menjalin hubungan asmara. Hidup itu memang penuh liku dan hal yang sulit
dipahami, karena memang bukan merupakan sebuah garis lurus yang mudah ditebak dari mana
menuju ke mana. Pengalaman pahit adalah sebuah jalan yang harus dilewati
bila kita ingin menuju ke sebuah dermaga bahagia.
Layu
Menjelang Musim Semi
Oleh Budianto Sutrisno
Berbagai bunga mulai mengulum
senyum
ceria menyambut tibanya musim semi
musim yang juga diharap dan dinanti
aneka kumbang dan kupu-kupu
untuk mencumbu rayu puspa pujaan
Tapi apa hendak dikata
bunga idamanku mendadak layu
kelopaknya gugur satu per satu
seiring dengan kerontangnya cintaku
yang tertunduk malu
langit seolah runtuh, bumi serasa rapuh
upayaku merajut benang-benang
asmara
menjadi sia-sia belaka
jalinannya terkoyak dalam galau dan
golak
separuh diriku terhilang
semangatku terbang entah ke mana
separuh diriku terhilang
semangatku terbang entah ke mana
Ku tak mau salahkan siapa
karena akhirnya ku tahu
cinta itu memang tak mungkin
bertepuk sebelah tangan
rajutan itu harus ditenun tekun dua
belah pihak
ku sadar bahwa diriku tak pintar
merajut bersama
tapi aku harus bangkit
keluar dari kepompong mengasihani
diri
terbang melanglang ke taman buana
di mana beribu mawar, amanda, dan
kenanga
serta berjuta bunga lain penuh
pesona
meruapkan aroma harum semerbak
dan tengah bersiap menungguku
'tuk hinggap dan bercengkerama di
sana
menikmati manisnya madu kasih mesra
menikmati manisnya madu kasih mesra
Yang berlalu biarlah terkulai dan
layu
yang baru akan menepis kabut dan
bayang kelabu
***
No comments:
Post a Comment