Sunday, February 7, 2016

Api Cemburu dalam Secangkir Kopi

Puisi berikut ini merupakan hasil imajinasi penulis semata. Kehadirannya sama sekali
tak dimaksudkan untuk memberikan pengaruh negatif terhadap tragedi meninggalnya
seorang wanita secara mendadak seusai menyeruput kopi di sebuah kafe di ibu kota.
Substansi isinya adalah semangat membina persahabatan sejati dan 
menjauhkan diri dari nyala api cemburu. 


Api Cemburu dalam Secangkir Kopi
Oleh Budianto Sutrisno


Bagi penyuka kopi
secangkir kopi sangat nikmat diseruput
citarasanya konon mampu membangun suasana hati ceria
mencerahkan pikiran dan mengusir kantuk
menghangatkan badan di musim hujan
kala disajikan waktu berkepul uap panas
menyegarkan tubuh di musim kemarau
kala disajikan dengan gumpalan es batu
nikmatnya bertambah dengan gengsi
bila minuman diseruput di kedai kopi yang ditata apik
hingga terjalin padu padan serasi nan mesra
antara aroma harum, selera cecap, dan indra tatap
hati siapakah yang tak ’kan tergoda?

Tapi apa jadinya jika secangkir kopi
diracik dengan api cemburu?
padu padan serasi nan mesra jadi porak poranda
kobaran api cemburu telah merusak segalanya
para barista pun terkena getahnya
mereka hanya bisa mengelus dada
cemburu membuat jalinan persahabatan jadi abu
cemburu melumpuhkan akal sehat dan nurani
cemburu memicu ide gila
cemburu melahirkan penjagal brutal
tega bubuhkan racun ’tuk habisi mitra karib sendiri
cemburu mampu mengubah
secangkir kopi nikmat jadi cakar keji pencabut nyawa

Hidup memang sebuah ironi
teman dan musuh sering tipis sekali jaraknya
hari ini lembut bak putri jelita, esok hari menjelma makhluk durjana
cinta, benci, dan cemburu, sering tipis sekali bedanya
sahabat yang paling dekat, bisa menjadi musuh nomor satu
di balik senyum manis, bisa terlontar hunjaman belati maut
hati manusia, siapakah yang mampu menyelaminya?

Secangkir kopi memang bisa mendatangkan maut
jika diracik dengan bara api cemburu
namun secangkir kopi juga bisa mempererat relasi
dua hati yang memadu janji
jika diracik dengan iringan melodi cinta


***



Saturday, February 6, 2016

Hari Baru di Musim yang Ditunggu

Tak terasa kita tengah menyongsong datangnya musim semi di awal minggu kedua 
Februari ini. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan 
"Selamat Tahun Baru Imlek 2567" kepada Anda yang merayakannya melalui sebuah puisi 
bertajuk "Hari Baru di Musim yang Ditunggu".
Mari kita bersyukur atas segala berkat dan anugerah-Nya selama setahun terakhir ini, dan
berbagi berkat tersebut kepada sesama.


Hari Baru di Musim yang Ditunggu
Oleh Budianto Sutrisno


Rinai hujan mulai turun menyejukkan pori bumi
rumput di padang menghijau segar
pepohonan merindang dalam riang
sejoli burung memadu kasih dalam kicau merdu
menyambut hari baru
di musim yang ditunggu
musim semi, saat aneka bunga mekar merona
bergembira bersama dalam balutan semerbak harum
seluruh umat bersyukur karena kasih dan berkat-Nya berkelimpahan
rahmat-Nya senantiasa baru setiap pagi
seiring dengan sorot kehangatan mentari yang sampaikan
salam sukacita untuk berbagi

Untuk Anda yang merayakan, saya mengucapkan:
Selamat Tahun /Baru Imlek 2567
Gong Xi Gong Xi