Puisi dengan tema "Takdir" berikut ini telah memenangi sebuah lomba yang diselenggarakan oleh
Sejuta Suara Indonesia yang bekerja sama dengan National Literary Competition.
Atas anugerah Tuhan, puisi ini berhasil menduduki Juara II.
Soli Deo Gloria!
Gores Takdir Tak Pernah Lafazkan Dusta
Oleh Budianto Sutrisno
Pijar bara mentari tak henti menyorotkan
cahaya kemilaunya
mengukir gurat bayang emas di
wajahku dan wajahmu
kala kita berdua melintasi padang
sahara kehidupan
sengat panas dan kuyup keringat
jadi sobat akrab
saat itu, aku tahu kau memang digariskan
jadi milikku
tapi aku tak tahu apakah kau mampu
membaca makna gurat tanda itu
biarlah begawan waktu yang mengungkapkannya
Mendadak rentak irama kepastian
dalam hatiku berhenti berdetak
garpu tala jiwaku pun enggan
bergetar
sewaktu aku dan kau singgah di oase biru sejuk
itu
kau menghilang tanpa jejak,
terenggut begitu saja dari sisiku
aku limbung, serasa tiada tempat
berpijak
apakah takdir tengah mengajakku
bermain kecipak air?
atau dia sedang mengujiku?
sungguh aku tak tahu
untunglah, embusan angin kembara
membangkitkan kesadaranku
meski harus kudaki berlaksa anak
tangga langit, ku ’kan terus mencarimu
kusigi setiap kelip bintang ’tuk
temukan senyummu
kutelusuri gumpal awan putih ’tuk
kecup bibir merahmu
kusematkan semangatku ke sayap
elang yang melanglang menembus angkasa
kupercaya kala ku dikepung bukit
batu terjal tanpa celah
tangan Sang Pengukir Takdir pasti bukakan
pintu bagiku dan bentangkan jalan
menuju singgasana bahagiaku serta
bahagiamu
dan kau sudah berada di sana
menyambutku dengan dekap mesra
tulang rusukku yang dulu menghilang
sesaat, kini kutemukan kembali
terbukti sudah, gores takdir tak
pernah lafazkan dusta
***
No comments:
Post a Comment