Sunday, April 9, 2017

Gores Takdir Tak Pernah Lafazkan Dusta

Puisi dengan tema "Takdir" berikut ini telah memenangi sebuah lomba yang diselenggarakan oleh
Sejuta Suara Indonesia yang bekerja sama dengan National Literary Competition.
Atas anugerah Tuhan, puisi ini berhasil menduduki Juara II.
Soli Deo Gloria!


Gores Takdir Tak Pernah Lafazkan Dusta

Oleh Budianto Sutrisno


Pijar bara mentari tak henti menyorotkan cahaya kemilaunya
mengukir gurat bayang emas di wajahku dan wajahmu
kala kita berdua melintasi padang sahara kehidupan
sengat panas dan kuyup keringat jadi sobat akrab
saat itu, aku tahu kau memang digariskan jadi milikku
tapi aku tak tahu apakah kau mampu membaca makna gurat tanda itu
biarlah begawan waktu yang mengungkapkannya

Mendadak rentak irama kepastian dalam hatiku berhenti berdetak
garpu tala jiwaku pun enggan bergetar
 sewaktu aku dan kau singgah di oase biru sejuk itu
kau menghilang tanpa jejak, terenggut begitu saja dari sisiku
aku limbung, serasa tiada tempat berpijak
apakah takdir tengah mengajakku bermain kecipak air?
atau dia sedang mengujiku?
sungguh aku tak tahu
untunglah, embusan angin kembara membangkitkan kesadaranku
meski harus kudaki berlaksa anak tangga langit, ku ’kan terus mencarimu
kusigi setiap kelip bintang ’tuk temukan senyummu
kutelusuri gumpal awan putih ’tuk kecup bibir merahmu
kusematkan semangatku ke sayap elang yang melanglang menembus angkasa
kupercaya kala ku dikepung bukit batu terjal tanpa celah
tangan Sang Pengukir Takdir pasti bukakan pintu bagiku dan bentangkan jalan
menuju singgasana bahagiaku serta bahagiamu
dan kau sudah berada di sana menyambutku dengan dekap mesra
tulang rusukku yang dulu menghilang sesaat, kini kutemukan kembali
terbukti sudah, gores takdir tak pernah lafazkan dusta


***


No comments:

Post a Comment