Baru-baru ini Jakarta, dan beberapa kota lainnya, dilanda oleh lautan bunga aneka rupa
yang dikirimkan oleh warga kepada Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, sebagai
ucapan syukur dan terima kasih, sekaligus tanda cinta warga kepada pemimpinnya.
Peristiwa ini telah memberikan inspirasi kepada penulis ntuk menuliskan
puisi berikut ini. Selamat menikmati!
Puspa, Purnama, dan Cinta
Oleh Budianto Sutrisno
Ini bukan dongeng, bukan pula
cerita fiksi
ini juga bukan kisah Sukrosono
memindahkan taman Sriwedari ke Mahespati
ini kisah nyata, yang mungkin
pertama terjadi dalam sejarah dan tak terulang kembali
kota bunga bukan lagi Bandung, tapi
Jakarta dan beberapa kota lainnya
berbagai rangkaian puspa aneka rupa
dan warna
menjadikan ibu kota semakin cantik,
berbalut lautan bunga
semarak aneka puspa tengah mengiringi
sorot benderang cahaya purnama
harum wangi dan berbagai rona
adalah bahasa terindah
’tuk ungkapkan rasa terima kasih
dan sampaikan tanda cinta
tiada pujangga kata seharum pujangga puspa
bahasa bunga adalah bahasa senyap
yang kaya makna
untaian beribu kata tak mampu
menyamai kedalaman maknanya
indah semakin indah, murni semakin
murni
dalam bahasa senyap bunga
Bahasa kata dan tubuh bisa jadi
perangkat sandiwara
tapi bahasa bunga yang tulus adalah
simbol simpati murni sejati
harum mawar, melati, berpadu dengan
rona krisan, aster, anyelir, dan kuntum lainnya
menyorakkan rasa terima kasih dan cinta
kepada purnama yang terus berkilau
kiranya purnama terus bercahaya
dalam kegelapan
’gar bangsa ini mampu melihat
kebenaran sejati
Bunga memang bisa kering dan layu
tapi pesan yang terkandung di
dalamnya terukir abadi
dalam sanubari dan lembar sejarah
bunga bisa terlupakan, tapi sejarah
ini akan terus dikenang
terima kasih, cahaya purnama
kiranya terangmu makin benderang
cahaya purnama 'kan terus berkilau dari zaman ke zaman
menjadi pelita bagi kaki warga
menjadi nyala suluh bagi jalan
setiap insan
***