Wednesday, February 15, 2017

Siapa Nyana

Puisi 12 baris dengan tema bebas yang berjudul "Siapa Nyana" ini telah dipilih sebagai
Juara IV dalam sebuah lomba cipta puisi yang diselenggarakan oleh Parade Puisi.
Silakan menikmatinya.
Soli Deo Gloria!



Siapa Nyana

Oleh Budianto Sutrisno


Siapa nyana kuntum-kuntum puspa harum
sempat sampaikan isyarat keping cintaku kembali berdenting
menggeliatkan dewi cinta dari buai lamunan di rongga jiwa
menautkan kembali hatiku dan hatimu dalam satu simpul
yang hanya terudar oleh kita berdua

Siapa nyana helai-helai daun hijau-segar yang berguguran
sempat sampaikan isyarat retak dan rengatnya ikatan cinta
serat-serat pengharapan yang semula terhampar indah
kini tenunannya rusak terkoyak oleh cakar keji ketidaksetiaan
aku lunglai di atas pusara puing-puing cinta

Siapa nyana ini bukan sekadar empasan mimpi buruk
siapa nyana kesempatan kedua luruh runtuh dalam bayang kesia-siaan


***



Sunday, February 5, 2017

Ujar Hujan dan Sapa Senja

Puisi berikut ini telah menyabet Juara I dalam sebuah lomba cipta puisi bertema
"Hujan di Langit Senja" yang diselenggarakan oleh Penerbit Harasi.
Puisi "Ujar Hujan dan Sapa Senja" ini - bersama dengan 100 puisi dari para
kontributor - akan dibukukan dalam sebuah kumpulan puisi yang bertajuk
"101 Pesona Puisi - Hujan di Langit Senja".
Soli Deo Gloria!


Ujar Hujan dan Sapa Senja

Oleh Budianto Sutrisno


Senja itu hujan mulai menggerimis tipis
kusandarkan tubuh penatku ke bangku taman sambil merenung
’tik-tik-tik-tik’ berdetak makin cepat dari atas payungku
hujan tengah berujar kepada diriku
’tuk segarkan jiwaku di musim kerontang cinta
mengajakku lincah meliuk dan menari
bersama ayunan pucuk-pucuk ranting dan bunga rerumputan
mengundangku berdendang ria
bersama celoteh kodok yang ramai bersenda
seiring dengan ciprat air yang memercik kakiku
mungkinkah aku seia dengan derai hujan?

Rupanya senja ingin pula mendengar jawabku
ia lembut menyapaku sambil mengulum senyum
jemari tangannya menyibakkan tirai langit yang bersemu jingga
hingga hujan semakin menderas, tuntas mengurai isi hatiku
segala duka dan pahit kehidupan tersapu bersih
segala air mata dan kepedihan pupus terhapus
sukacita mengalir dalam relung hatiku
damai dan bahagia berembus sejuk di rongga jiwa
kalau hujan dan senja telah sepakat bersama menghiburku
mana mungkin aku tiada sekata dengan mereka?


***