Puisi yang melukiskan kerinduan mendalam dari seseorang terhadap pujaan hati ini dipilih
sebagai salah satu karya yang dicantumkan dalam Antologi Puisi Terbaik dengan judul
"Requiem Terakhir", terbitan Oase Pustaka.
Buku ini memuat sejumlah karya dari 38 penyair.
Segumpal Rindu di Sudut Dermaga
Oleh
Budianto Sutrisno
Belum
pernah kurasa sesak dalam dada seperti ini
rasanya
ada sesuatu yang bergelora
sesuatu
yang bergolak dan bergejolak
sesuatu
yang mendesak dan memberontak
sesuatu
yang membuat jantungku menyalak dalam detak
sesuatu
yang membuat napasku memburu dalam derak
sesuatu
yang mengempaskan diriku ke pojok gelap sana
sesuatu
yang menggumpal dan membatu
sesuatu
yang kusebut segumpal rindu
Segumpal
rindu adalah karang batu yang menindih jiwaku
runcing
dan tajamnya menusuk
memang
tiada darah tertumpah
tiada
lebam dan tiada lepuh menyakiti tubuh
namun
inilah luka rindu terparah
tiada
obat mujarab yang paling tepat
selain
bertatap muka
bersua
empat mata
Beda
tempat dan waktu t’lah gumpalkan rindu
masih
segar dalam ingatanku
saat
aku dan kau berpeluk mesra di sudut dermaga ini
aku
rindu pada senyum manismu
pada
bening bola matamu
pada
ruap harum tubuhmu
pada
bisik rayumu
pada
semuanya yang ada padamu
kuberharap
benang rinduku terulur
tersambung
dan terjalin dengan benang rindumu
’tuk
merajut kebahagiaan bersama
Kutatap
kedua bola matamu kala itu
rasanya
tengah kupandang bintang nun di sana
indah
cemerlang, namun berjarak selaksa tahun cahaya
bintang
itu telah mengabu debu di semesta raya
tapi
tampak sangat nyata di mata jiwa
hadirlah
kau dalam mimpiku, sayang
kupanjatkan
doa
’gar
mimpiku segera jadi nyata
’gar
segumpal rindu ini tak lagi menggodam dada
***
No comments:
Post a Comment