Puisi ini telah dipilih sebagai salah satu "25 Puisi Favorit" dalam lomba cipta puisi
yang diselenggarakan oleh Poetry Prairie. Bersama sejumlah puisi lain yang lulus seleksi
dari 1.174 puisi yang mengikuti lomba, puisi ini akan dibukukan dalam sebuah
buku antologi puisi bersama.
Godam
Asap Menghantam
Oleh Budianto Sutrisno
Cetar…! Cetar…!
suara cambuk mengguntur dari
bentangan langit
memburu dan mengejar pembalak liar
yang mengubah hutan rimbun jadi
gurun gundul
dan memijarkan api di lahan gambut
nyala ganasnya datang dan pergi
sesuka hati tanpa permisi
Jika murka cambuk langit diabaikan
berarti akal budi sudah mati
hikmat digantikan laknat
hati beku, mata buta, telinga tuli
tamak harta menjadi penguasa
maka cambuk ’kan menyalak lebih
galak
ujungnya bercabang-cabang
setiap cabang menebar kabut asap
ke seantero riau dan sebagian sumatra
bahkan melanglang sampai ke negeri
jiran
Kini asap legam itu menggodam kejam
merajam sebelah paru bumi
menebar bala, menyesakkan dada
lebih 17 tahun sudah
rakyat pengap dibekap asap
aku tak bisa terima, aku tak rela
firdaus untaian zamrud
menjelma neraka dunia
Penguasa berganti dengan penguasa
namun semuanya sama saja
miskin akal, serba-tak jelas dan
tak tegas
paman guru memberi tahu
selama asap belum menyerbu istana
tak ’kan pernah ada tindakan nyata
yang ada hanya polesan citra
Tuhanku…
kapan godam asap ini berhenti
menghantam?
sampai kapan rakyat mampu bertahan?
aku memohon
selamatkan hutan kami dari api
jahanam!
***
No comments:
Post a Comment