Monday, September 30, 2019

Kelahiran yang Membuat Heboh

Cerita fiksi mini yang berjudul "Kelahiran yang Membuat Heboh" ini telah terpilih sebagai Juara II dalam lomba penulisan fiksi mini yang diselenggarakan oleh Memory Projects.
Soli Deo Gloria!


Kelahiran yang Membuat Heboh

Oleh Budianto Sutrisno


     Rumah bernuansa putih itu  terletak di kawasan yang teduh. Dikelilingi oleh deretan pohon trembesi yang membentuk payung hijau rindang Sejumlah unggas tampak berloncatan sambil bernyanyi riang dari dahan ke dahan setiap pagi. Suasananya benar-benar asri dan menenteramkan hati.
    Kehijauan alam itu menambah keserasian rumah apik model minimalis di sudut jalan. Rumah itu dihuni oleh seorang perempuan janda berusia 65 tahun. Para tetangga biasa memanggilnya dengan sebutan Oma Rosa. Suaminya, Opa Hendra, telah meninggal 5 bulan lalu karena serangan jantung yang mendadak.
     Meski sudah terbilang lansia, Oma Rosa acap kali mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri. Dia masih sehat. Rambutnya masih hitam dan lebat. Cara jalan dan bicaranya pun masih lancar. Dia hanya memiliki satu kekurangan, yakni mulai pikun. Suka lupa meletakkan di mana kaca mata, kunci, dan perabotan dapur. Ya, maklumlah, kan dia sudah memasuki usia tua. Orang bilang manusia memang tidak bisa menghindar dari faktor ’u.’ 
     Namun demikian, Oma Rosa senantiasa tampak optimistis dan penuh sukacita. Dia bisa menerima dengan lapang dada keadaan yang menimpa dirinya. Setiap hari dia selalu menaikkan doa dan ucapan syukur.
       Bu Ratih, salah seorang tetangga Oma Rosa, merasa peduli dengan kehidupan Oma Rosa. Hati nuraninya terketuk untuk sekadar memberikan bantuan kepada janda tua itu. Sepulang dari pasar, ia meluangkan waktu untuk membantu Oma Rosa membereskan rumah dan sekaligus mengobrol sana-sini agar sang oma tidak merasa kesepian.
      Oma Rosa menceritakan sebagian dari penggalan hidupnya kepada Bu Ratih. Dia mengatakan bahwa sewaktu suaminya masih hidup, ada satu permintaan yang selalu diucapkannya dalam doa. Dia ingin melahirkan anak kandung. Untuk itu, Oma Rosa rajin meminum obat penyubur setiap hari dari seorang dokter di Swis. Dan ajaibnya, dia akhirnya dinyatakan hamil. Dokter menjelaskan kehamilannya telah berusia 4 bulan menjelang kematian suaminya. Sekarang usia kehamilannya memasuki bulan ke-9.
   ”Sayang, suamiku tak bisa menggendong anak kandungnya yang keluar dari rahimku,” desah Oma Rosa sambil mengusapkan sapu tangan untuk menghapus butiran air mata yang membasahi pipinya.
     ”Sudahlah, Oma, yang penting Oma selalu sehat  dan bayinya nanti lahir dengan selamat,” hibur Bu Ratih sambil mengusapkan tangannya ke bahu Oma Rosa. ”Nih, kue sus dari pasar dimakan dan susunya diminum dulu, agar ibu dan jabang bayinya sehat, ya!”
        ”Terima kasih.”

                                                                     ***
     Berita kehamilan Oma Rosa cepat tersebar dari mulut ke mulut bak virus gosip, sehingga setiap orang di kompleks perumahan menjadi heboh. Banyak orang tak percaya. Masakan seorang nenek bisa hamil? Pasti ini pekerjaan orang yang hanya mencari sensasi murahan belaka. Tak logis. Bahkan, sejumlah anggota keluarga Oma Rosa juga tak mempercayainya.
    ”Mana mungkin perempuan sudah menopause hamil?” gerutu Bu Rita, salah seorang teman sekolah Oma Rosa. ”Dia kan sebaya dengan saya yang sudah tidak datang bulan lagi.”
   Bu Ratih buru-buru menyanggah, ”Jangan salah, Bu; Oma Rosa ini pernah tinggal di Swis lama.”   
  "Apa hubungan Swis dengan kehamilannya, itu pun kalau benar-benar hamil, loh?” sergah Bu Rita sinis.
      "Hubungannya sangat erat, Bu!” sahut Bu Ratih dengan nada ramah.
   "Sangat erat?" Jangan suka mendongeng di depan saya!” Roman muka Bu Rita mulai tampak agak beringas.
    "Oma Rosa mendapat perawatan khusus dari dokter Moris, ahli kandungan dan masalah kesuburan di Swis. Dokter ini sangat terkenal di kalangan selebritas dunia. Terapinya membuat Oma Rosa tetap subur,” jelas Bu Ratih.
        ”Ah… mau dokter Moras atau dokter Moris, itu cuma omong kosong!”
        ”Benar, kok Bu, saya serius!”
     Penjelasan Bu Ratih kali ini membuat nada bicara Bu Rita berubah ramah. ”Dari mana Jeng tahu cerita itu?”
     ”Oma Rosa sendiri yang bercerita kepada saya,” jawab Bu Ratih kalem, ”saya sendiri juga sudah melihat hasil tes kehamilannya di surat keterangan yang ditandatangani oleh dokter Moris dengan stempel National Switzerland Hospital.”

                                                          ***
      Akhirnya terembus kabar bahwa Oma Rosa dan bayinya telah pulang dari rumah sakit bersalin.
     Banyak tetangga dan kerabat dipenuhi rasa ingin tahu dan bergegas datang ke rumah Oma Rosa untuk membuktikan kebenaran kabar tersebut. Kalau belum melihat dengan mata kepala sendiri, mereka belum percaya. Seeing is believing.
         ”Mana bayinya? tanya seorang kerabat penasaran.
           ”Sebentar,” jawab Oma Rosa.
        Beberapa saat kemudian Bu Rita dan sejumlah tetangga bertanya, ”Bisa kami lihat bayinya sekarang?”
         ”Tunggu…, saatnya belum tiba.” Suara Oma Rosa agak gugup.
         ”Tunggu apa lagi?” Bu Rita mulai curiga.
        ”Tunggu…,” jawab Oma Rosa gagap, ”…tunggu dia menangis; saya lupa di mana meletakkannya.”
       ”Oh, sekarang saya tahu persis mengapa Tuhan memberikan anugerah menopause kepada perempuan berusia lanjut,” gumam seorang ibu sambil menganggukkan kepalanya.
     ”Untung saja, bayinya tak diletakkan di atas kompor yang menyala,” gerutu seorang bapak.

                                                       *****