Sunday, June 30, 2019

Sosok Pemimpin Generasi Milenial, Apa Cirinya?

Esai berikut ini telah terpilih sebagai Juara I dalam lomba esai bertema bebas.
Lomba esai ini diselenggarakan oleh Omah Karya Indonesia.
Saya berterima kasih untuk kerja keras para juri yang telah memeriksa begitu banyak naskah yang masuk
Soli Deo Gloria!

                                              Sosok Pemimpin Generasi Milenial                                                    Apa Cirinya?

Oleh Budianto Sutrisno



            Beberapa tahun terakhir ini berbagai kalangan masyarakat ramai membicarakan sosok pemimpin generasi milenial. Sebenarnya, seperti apakah sosok pemimpin generasi milenial itu? Dan apakah ciri khasnya?

Definisi generasi milenial
            Sebelum kita membicarakan sosok pemimpin generasi milenial, ada baiknya kita pahami lebih dahulu definisi istilah ’generasi milenial’. Ternyata tidak terdapat definisi yang seragam untuk istilah tersebut.      Perbedaan ini terkait dengan rentang usia mereka yang termasuk dalam kelompok generasi milenial, atau yang disebut juga sebagai generasi Y. Ada pula yang menyebutnya sebagai generasi Echo Boomers.
            Lembaga sensus United States Census Bureau menyatakan bahwa generasi milenial itu merupakan generasi yang dilahirkan dalam rentang waktu antara tahun 1982 sampai dengan tahun 2000. Sementara itu, Pew Research Center, sebuah lembaga riset di Amerika Serikat, memublikasikan sebuah definisi baru. Menurut lembaga ini, generasi milenial adalah generasi yang dilahirkan dalam rentang waktu antara tahun 1981-1996. Jadi di sini terdapat rentang waktu 3 tahun lebih pendek dibandingkan dengan hasil yang dirilis oleh United States Census Bureau.
              Bagamana halnya dengan generasi milenial di Indonesia?
        Pada tahun 2018 Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa penduduk milenial Indonesia itu berjumlah 90 juta (berusia 20-34 tahun), Ini mengindikasikan bahwa pihak Bappenas lebih cenderung menggunakan sistem penghitungan jumlah kaum milenial dari United Census Bureau. Dengan demikian, pada tahun 2019 ini, jumlah generasi milenial Indonesia berada dalam rentang usia 21-35 tahun. Sebuah periode di mana manusia berada di puncak produktivitas dan kreativitas serta memiliki semangat pembaharuan yang tinggi.
            Masih menurut Bambang, Indonesia memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif yang lebih banyak ketimbang negara-negara Asia lain seperti Tiongkok, Jepang, India, dan Korea, yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) tinggi. Negara-negara ini sekarang justru tengah memasuki fase aging population, karena jumlah penduduk dengan usia lanjut itu mendominasi jumlah total penduduk. Alangkah sayangnya, bila momentum ini tidak/belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan. Kendala utamanya adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia, sehingga banyak penduduk dalam rentang usia produktif yang masih menganggur. Jadi, peningkatan kualitas sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama Indonesia untuk menciptakan generasi milenial yang efektif dan kompetitif.
            Di samping itu, penduduk yang menjadi generasi milenial yang produktif ini masih banyak yang tinggal di perkotaan, sehingga pertumbuhan ekonomi negara kita ini masih bergantung pada penduduk di perkotaan. Faktor penghambat lainnya adalah kurangnya partisipasi kaum perempuan dalam pasar kerja dan aktivitas ekonomi bila dibandingkan dengan standar di sejumlah negara maju, sementara penduduk perempuan lebih banyak ketimbang laki-laki.

Ciri pemimpin milenial
Pada dasarnya, syarat umum untuk menjadi seorang pemimpin dari segala zaman itu tidak berubah. Pemimpin yang mumpuni – berapa pun usianya – adalah sosok yang jujur, transparan, percaya diri, tegas, ulet, menjalani hidupnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya, dan mampu mengapresiasi prestasi orang lain. 
Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan teknologi informasi di dunia digital, seorang pemimpin generasi milenial juga memerlukan sejumlah karakteristik tambahan. Inilah yang membedakan antara sosok pemimpin generasi milenial dan pemimpin di era sebelumnya.
Ciri pertama: akrab dengan dunia digital. Pemimpin milenial harus mampu memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Ruang pertemuan fisik bisa dialihkan ke ruang pertemuan digital, sehingga proses kerja menjadi lebih efisien dan efektif. Pesan-pesan penting dapat langsung disebarkan melalui grup whatsapp (wa). Presentasi juga memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, pemimpin milenial itu harus digital-minded. Fleksibel terhadap waktu dan tempat kerja.
Ciri kedua: pengamat dan pendengar yang baik. Seorang pemimpin milenial harus mampu menjadi pengamat dan pendengar  aktif yang baik, terutama bila anggota timnya itu mayoritas adalah kaum milenial. Mereka ini akan merasa dihargai bila diberi kesempatan untuk berbicara, berekspresi, dan ide-idenya diakomodasi oleh perusahaan. Mereka ini haus akan pengetahuan, pengembangan diri, dan berbagi pengalaman. Tidak mengherankan bila kelompok ini aktif menuliskan pikiran, gagasan, dan kekesalannya di sejumlah media social. Karenanya, seorang pemimpin milenial juga perlu melakukan  pendekatan terhadap anggota timnya melalui akses ke akun media sosial mereka masing-masing,
Ciri ketiga: cerdas dan gesit. Pemimpin milenial harus cerdas melihat peluang dan gesit dalam beradaptasi serta memfasilitasi perubahan. Pemimpin seperti ini bersifat open-minded dan mampu menerima ketaksaan atau ambiguitas yang serba-tidak menentu.
Ciri keempat: bersifat inklusif. Ini berarti sang pemimpin milenial itu memiliki kemampuan untuk memasuki cara berpikir orang lain ketika menghadapi dan menuntaskan suatu masalah. Pemimpin seperti ini sangat dibutuhkan di zaman sekarang, mengingat begitu derasnya aneka macam informasi yang bisa diakses melalui jaringan internet oleh siapa pun dan kapan pun. Hal ini mengakibatkan cara pandang antarindividu yang semakin kompleks. Sudah bukan zamannya lagi pemimpin yang berjiwa bos. Sekarang eranya pemimpin yang berjiwa leader, mentor, dan sahabat bagi anggota timnya. Setiap orang ingin dihargai, bukan?
Ciri kelima: berani berbeda. Pemimpin milenial tidak lagi terikat pada tradisi atau aturan yang biasa dilakukan di sebuah organisasi atau perusahaan. Sikap berani berbeda ini bukan dilakukan untuk mencari sensasi, melainkan semata-mata untuk mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Keberanian berbeda ini dapat terkait dengan cara berpikir, cara mengambil keputusan, dan masalah tampilan. Mark Zuckerberg – sang pendiri Facebook – adalah sosok pemimpin milenial yang memberikan kebebasan kepada anggota timnya dalam cara berpakaian. CEO yang memiliki kekayaan lebih dari 1.000 triliun rupiah ini menerapkan prinsip work-life balance, keseimbangan dalam kerja dan kehidupan.

Hari depan Indonesia
            Mengingat semakin berkembangnya teknologi informasi dan digital serta tumbuhnya persaingan global, kita dihadapkan pada pertanyaan besar: mampukah Indonesia melahirkan pemimpin milenial yang tangguh dan berkelas dunia?
            Penulis akan menjawab pertanyaan tersebut dengan satu kata tegas: MAMPU. Bukan dengan rasa sombong, melainkan karena prestasi pemuda milenial Indonesia memang sudah menjadi fakta nyata yang diakui oleh dunia internasional. Tahukah Anda bahwa majalah Forbes pada tahun 2018 telah menobatkan 10 sosok pemimpin milenial dari Indonesia dalam ’30 under 30’?  Pemimpin milenial Indonesia yang membanggakan itu adalah Brian Imanuela, Adrian dan Eugenie Patricia Agus, Yohanes Sugihtonugroho dan Muhammad Risyad, Reynold Wijaya dan Iwan Kurniawan, Fransiska Hadiwidjana, Talita Setiyadi, Marshall Utoyo dan Krishnan Menon, Stanislaus Mahisworo Christandito Tandelilin, Dian Pelangi serta Jeff Hendrata dan Tanner Setiawan.
            Penulis percaya bahwa prestasi sederet pemuda milenial tersebut di berbagai bidang usaha, akan menjadi inspirasi dan penggerak bagi generasi milenial Indonesia lainnya untuk berkarya nyata bagi hari depan Indonesia yang gemilang.

*****