Judul puisi bertema "Perjuangan, Romansa, dan Alam" berikut ini diilhami oleh
salah satu ayat dalam Alkitab. Selebihnya adalah imajinasi penulis sendiri.
Para juri dalam lomba cipta puisi menyambut Hari Puisi Indonesia yang diselenggarakan oleh Keluarga Pencinta Sastra Ciputat, telah memilih puisi yang bertajuk "Bukankah Ombak Pasti Kembali ke Bibir Pantai?" ini sebagai Juara I. Silakan Anda menikmatinya.
Soli Deo Gloria!
Bukankah Ombak Pasti Kembali ke Bibir Pantai?
Oleh Budianto Sutrisno
Bagaimana
mungkin aku mampu melupakannya?
begitu manis kala dicecap, begitu indah kala dikenang
begitu manis kala dicecap, begitu indah kala dikenang
aku
dan kau menapaki hamparan pasir putih
lengan
kananku melingkar di bahumu
lengan
kirimu melekat di pinggangku
lidahku
kelu ucapkan kata
gelombang
laut cerminkan gejolak di dada
desir
angin jadi bisikan mesra di telingamu
senyum
manis bibirmu adalah jawaban sejiwa denganku
Bersama
kita duduk berdampingan di bangku tepian pantai
memandangi debur ombak laut biru
yang selalu kembali ke bibir pantai
kaulah ombak, aku bibir pantaimu
sang ombak tertawa gelak
sang bibir pantai mengulum senyum
semringah
gunung batu di tepi cakrawala sana
mengamati dengan ceria
bergayung sambut dengan sorotan seri
surya pagi
camar melayang, ikut bergempita dalam
sorak sepakat semufakat
Kau
bilang kau ’kan merantau ke negeri seberang
menimba ilmu, meraih mimpi
tapi itulah persuaan terakhirku denganmu
usai itu kau lenyap ditelan bumi
tiada kabar, tiada berita
aku jadi layang-layang putus tali
Kini,
tiap pagi aku terkurung dalam relung renung
diempaskan deru ombak
dan haru biru kenangan asmaraku
bangku kosong itu jadi
saksi bisu kerinduanku
kerinduan yang tak tuntas
dan tak berbalas
kawanan camar sehati
dan seperasaan denganku
lantang gemakan gemuruh
tanya di dadaku
bukankah ombak pasti
kembali ke bibir pantai?
Jakarta, 26 Juli 2018
***