Dalam sebuah lomba cipta puisi bertema "Saat Hujan Menyapa" yang diselenggarakan oleh
Penerbit Aria Mandiri, puisi karya saya yang bertajuk "Aku dan Derai Hujan" berhasil
menduduki Juara I.
Puisi yang didominasi dengan nada melankolis (namun tak larut dalam keterpurukan) ini
sepenuhnya merupakan karya imajinasi, dan saya persembahkan
untuk Anda semua pencinta puisi di belahan bumi mana pun Anda berada.
sepenuhnya merupakan karya imajinasi, dan saya persembahkan
untuk Anda semua pencinta puisi di belahan bumi mana pun Anda berada.
Aku
dan Derai Hujan
Oleh Budianto Sutrisno
Kapas-kapas putih bersolek diri di angkasa
bergerak, berarak, berlenggang-gaya
ala putri jelita
bergulung, bergumpal tebal membentuk cumulus nimbus
beringsut anggun seiring angin
berembus
tapi siapa nyana
si putri kapas jelita menyimpan
benih petir sarat bahaya
yang gelegarnya mengguncang buana
semesta
Tak lama… langit terselubung
mendung
sang putri getarkan cambuk cahaya
membelah angkasa
bahana petir mendahului jatuhnya
rinai hujan
ya, rinai hujan yang rintik
rinai yang menjadi derai
yang membuat anganku melayang
terbuai dalam suka, terbelenggu
dalam rindu
dan terisak dalam duka
suka, karena derai hujan membuatku
dekat dengan si dia
sepayung berdua, berpeluk mesra
aroma harum tubuhnya membuatku
terlena
rindu, karena derai hujan hidupkan
dambaku pada kuntum-kuntum cinta
nan bermekaran dalam taman
kehidupanku dulu
duka, karena dia telah tiada
cintaku seolah hangus tersambar
petir
cintaku seolah hanyut tersapu derai
hujan
Ku tak tahu harus bagaimana
ku tak ingin larut dalam kenangan
tapi kenangan itu selalu jadi bayang-bayang
diriku
ku terseret dalam tiga helaan rasa
suka, rindu, dan duka
hujan kadang membuat hatiku hangat
karena getaran cinta
hujan kadang membuatku menggigil
dalam kebekuan cinta
hujan kadang membuat air mataku
berderai
menggenangi lembah kegagalan cinta
Daaarr… gelegar halilintar
membangunkan kesadaranku
derai hujan memang tak mampu
hapuskan kenanganku
namun derai hujan mampu memicu
munculnya tunas baru semangatku
’tuk tumbuh bersemi dan subur
menggantikan kelopak cinta yang
gugur
hingga muncul kuntum baru penuh
seri
yang mekar indah serta meruapkan
harum
dan itulah saatnya ku sematkan
kuntum puspa baru
pada lembaran hidup baruku
***