Thursday, March 12, 2015

Puisi Juara I dengan Tema "Saat Hujan Menyapa"

Dalam sebuah lomba cipta puisi bertema "Saat Hujan Menyapa" yang diselenggarakan oleh 
Penerbit Aria Mandiri, puisi karya saya yang  bertajuk "Aku dan Derai Hujan" berhasil 
menduduki Juara I.
Puisi yang didominasi dengan nada melankolis (namun tak larut dalam keterpurukan) ini 
sepenuhnya merupakan karya imajinasi, dan saya persembahkan 
untuk Anda semua pencinta puisi di belahan bumi mana pun Anda berada.



Aku dan Derai Hujan
Oleh Budianto Sutrisno


                                                Kapas-kapas putih bersolek diri di angkasa
bergerak, berarak, berlenggang-gaya ala putri jelita
 bergulung, bergumpal tebal membentuk cumulus nimbus
beringsut anggun seiring angin berembus
tapi siapa nyana
si putri kapas jelita menyimpan benih petir sarat bahaya
yang gelegarnya mengguncang buana semesta

Tak lama… langit terselubung mendung
sang putri getarkan cambuk cahaya membelah angkasa
bahana petir mendahului jatuhnya rinai hujan
ya, rinai hujan yang rintik
rinai yang menjadi derai
yang membuat anganku melayang
terbuai dalam suka, terbelenggu dalam rindu
dan terisak dalam duka
suka, karena derai hujan membuatku dekat dengan si dia
sepayung berdua, berpeluk mesra
aroma harum tubuhnya membuatku terlena
rindu, karena derai hujan hidupkan dambaku pada kuntum-kuntum cinta
nan bermekaran dalam taman kehidupanku dulu
duka, karena dia telah tiada
cintaku seolah hangus tersambar petir
cintaku seolah hanyut tersapu derai hujan

Ku tak tahu harus bagaimana
ku tak ingin larut dalam kenangan
tapi kenangan itu selalu jadi bayang-bayang diriku
ku terseret dalam tiga helaan rasa
suka, rindu, dan duka
hujan kadang membuat hatiku hangat
karena getaran cinta
hujan kadang membuatku menggigil
dalam kebekuan cinta
hujan kadang membuat air mataku berderai
menggenangi lembah kegagalan cinta

Daaarr… gelegar halilintar membangunkan kesadaranku
derai hujan memang tak mampu hapuskan kenanganku
namun derai hujan mampu memicu munculnya tunas baru semangatku
’tuk tumbuh bersemi dan subur
menggantikan kelopak cinta yang gugur
hingga muncul kuntum baru penuh seri
yang mekar indah serta meruapkan harum
dan itulah saatnya ku sematkan kuntum puspa baru
pada lembaran hidup baruku


***