Dalam lomba cipta puisi bertema "Walau Aku Berbeda" yang diselenggarakan oleh Penerbit
Aria Mandiri, puisi yang bertajuk "Buta tapi Melihat" berhasil meraih Juara II.
Puisi ini mengetengahkan perjuangan hidup seorang tunanetra yang berhasil meraih prestasi puncak sebagai pianis dan penyanyi berkelas dunia.
Buta tapi Melihat
Oleh Budianto Sutrisno
Meski dilahirkan tanpa mengenal
raut wajah ayah bunda tercinta
dan keindahan warna-warni pelangi
Teguh Putra Nusa tak pernah
ungkapkan sesal
tak pernah keluhkan guratan nasib
yang tak memihaknya
gelap pekat itu ditelan dengan
tegar dan sabar
ia yakin selalu ada rahmat
tersembunyi di balik derita
jurai doa dan cinta kasih orang tua
serta sahabat
membuatnya seteguh karang di tengah
empasan gelombang
semangatnya tak pernah padam tenggelam
di titik nadir
bergelora penuh dinamika ’tuk gapai
kejora cita
tinggi di angkasa sana
terus berpijar, tak pernah pudar
Teguh berbulat tekat menjadi
seniman kelas dunia
jemarinya lincah menari-nari di
atas deret bilah piano
denting-denting nadanya mengharu-biru
para penonton
karya-karya komposer dari dalam dan
luar negeri
dipersembahkan dalam pertunjukan konser
yang memikat
mulai dari karya Mochtar Embut,
Ismail Marzuki
sampai karya Beethoven, Bach, Paganini,
Vivaldi, dan Mozart
dibawakan secara sempurna tanpa
cacat
tak sia-sia dia menuntut ilmu
sampai ke Wina
di The University of Music and Performing Arts
Hatiku tercekat tatkala ia
nyanyikan komposisi ciptaannya
setiap kata dalam lirik lagu
menggedor jiwa
meski
netraku terkungkung dalam pekat gelap
hatiku
bebas lepas melihat terang
terang
Tuhan sudah jadi petunjuk jalanku
cahayanya
menyinari tiap langkahku
kala
ku tersandung dan jatuh
tangan-Nya
setia menopang dan membimbingku
meski
ku buta, ku jelas melihat
kebesaran
dan cinta kasih-Nya
dalam
hidupku dan hidup sesama
meski
ku buta, ku jelas melihat
terang-Nya
t’rus menyala
sampai
selamanya
ku
bersyukur, ku tersungkur
dalam
ucapan syukur
di
hadapan-Nya
Butir-butir kristal bening bergulir di sudut
mataku
ku hapus perlahan
di tengah gemuruh suara tepuk
tangan
hati siapa tak bergetar
mendengarkannya?
ternyata seniman buta lebih celik
ketimbang diriku
mataku sempurna, tapi apa karyaku
bagi sesama?
berapa banyak insan yang sudah ku
buat bahagia lewat karya?
sesungguhnya akulah yang buta,
bukan dia
tiada karya bermutu yang ku cipta
ku sadar ku hanya banyak bicara,
tanpa karya nyata
Terima kasih, Teguh Putra Nusa
keteguhan semangatmu dan keindahan
karya nyatamu
jadi inspirasi dan dorongan bagiku
dan segenap insan Indonesia
’tuk berkarya bagi bangsa
’tuk berguna bagi negara
***