Friday, January 16, 2015

Puisi Juara II

Dalam lomba cipta puisi bertema "Walau Aku Berbeda" yang diselenggarakan oleh Penerbit 
Aria Mandiri, puisi yang bertajuk "Buta tapi Melihat" berhasil meraih Juara II.
Puisi ini mengetengahkan perjuangan hidup seorang tunanetra yang berhasil meraih prestasi puncak sebagai pianis dan penyanyi berkelas dunia.

Buta tapi Melihat 

Oleh Budianto Sutrisno

Meski dilahirkan tanpa mengenal
raut wajah ayah bunda tercinta
dan keindahan warna-warni pelangi
Teguh Putra Nusa tak pernah ungkapkan sesal
tak pernah keluhkan guratan nasib yang tak memihaknya
gelap pekat itu ditelan dengan tegar dan sabar
ia yakin selalu ada rahmat tersembunyi di balik derita
jurai doa dan cinta kasih orang tua serta sahabat
membuatnya seteguh karang di tengah empasan gelombang
semangatnya tak pernah padam tenggelam di titik nadir
bergelora penuh dinamika ’tuk gapai kejora cita
tinggi di angkasa sana
terus berpijar, tak pernah pudar

Teguh berbulat tekat menjadi seniman kelas dunia
jemarinya lincah menari-nari di atas deret bilah piano
denting-denting nadanya mengharu-biru para penonton
karya-karya komposer dari dalam dan luar negeri
dipersembahkan dalam pertunjukan konser yang memikat
mulai dari karya Mochtar Embut, Ismail Marzuki
sampai karya Beethoven, Bach, Paganini, Vivaldi, dan Mozart
dibawakan secara sempurna tanpa cacat
tak sia-sia dia menuntut ilmu sampai ke Wina
di The University of Music and Performing Arts

Hatiku tercekat tatkala ia nyanyikan komposisi ciptaannya
setiap kata dalam lirik lagu menggedor jiwa
meski netraku terkungkung dalam pekat gelap
hatiku bebas lepas melihat terang
terang Tuhan sudah jadi petunjuk jalanku
cahayanya menyinari tiap langkahku
kala ku tersandung dan jatuh
tangan-Nya setia menopang dan membimbingku
meski ku buta, ku jelas melihat
kebesaran dan cinta kasih-Nya
dalam hidupku dan hidup sesama
meski ku buta, ku jelas melihat
terang-Nya t’rus menyala
sampai selamanya
ku bersyukur, ku tersungkur
dalam ucapan syukur
di hadapan-Nya

 Butir-butir kristal bening bergulir di sudut mataku
ku hapus perlahan
di tengah gemuruh suara tepuk tangan
hati siapa tak bergetar mendengarkannya?
ternyata seniman buta lebih celik ketimbang diriku
mataku sempurna, tapi apa karyaku bagi sesama?
berapa banyak insan yang sudah ku buat bahagia lewat karya?
sesungguhnya akulah yang buta, bukan dia
tiada karya bermutu yang ku cipta
ku sadar ku hanya banyak bicara, tanpa karya nyata

Terima kasih, Teguh Putra Nusa
keteguhan semangatmu dan keindahan karya nyatamu
jadi inspirasi dan dorongan bagiku
dan segenap insan Indonesia
’tuk berkarya bagi bangsa
’tuk berguna bagi negara


***