Puisi berikut ini telah terpilih sebagai salah satu puisi dari sejumlah puisi karya 50 penyair
yang dibukukan dalam sebuah kumpulan puisi bertajuk
"Pengantin Langit, Antologi Puisi Menolak Terorisme".
Dalam lomba tersebut, penyair Sapardi Djoko Damono bertindak selaku kurator dan juri.
Ada
yang Lebih Buas dan Brutal?
Oleh Budianto Sutrisno
Sebuah kearifan mengatakan
seganas-ganasnya seekor macan
tak ’kan memangsa anaknya sendiri
tetapi teroris bisa lebih buas
ketimbang macan dan singa sekaligus
betapa tidak!
siapa saja, termasuk orang tua,
saudara, anak, atau tetangga
bisa dibinasakan tanpa kenal belas
kasihan
hanya karena mereka beda keyakinan
dan tujuan hidup
Jihad adalah alasan tindakan mereka
dengan iming-iming palsu
pelukan para bidadari fatamorgana
mata dan telinga hati telah tertutup
batu beku
tak mampu mencerna
pluralisme dalam hidup yang niscaya
dogma sesat telah memerangkap akal
sehat
agama dijadikan topeng ’tuk capai
tujuan
tak penting itu haram atau halal
asal bisa membuat kelompok lain
binasa
Serang, bakar, dan bunuh adalah
falsafah hidup mereka
sadar atau tidak, teroris sedang
menabalkan diri
menjadi tukang jagal hampa nurani
membunuh orang seperti melahap teri
anehnya, si tukang jagal
mengganggap diri orang suci
yang harus lenyapkan dajal dalam
khayal
meski diri sendiri harus temui ajal
Dunia teroris serbaterbalik
yang kotor dan penuh noda mengaku
suci
yang tak dikenal dianggap dajal
kebuasan teroris membuat hati miris
kebrutalannya adalah kebrutalan
iblis
Apa pun alasannya, teror tak bisa
ditoleransi
nyawa manusia harus dihargai
teror harus dibasmi
teror harus berhenti
karena kita tak mau hidup damai
dihabisi
Adakah yang lebih buas dan brutal
daripada teroris?
jawabnya tak perlu diiringi isak
tangis atau seringai sinis
hanya perlu kejujuran nurani
dan benderang pelita hati
***